Nakita.id – Dunia kembali dihadapkan dengan mewabahnya penyakit baru, yaitu amoeba pemakan otak.
Infeksi amoeba pemakan otak sudah merenggut nyawa seorang pria berusia 50 tahun di Korea Selatan setelah 10 hari menunjukkan gejala.
Menurut The Korea Times, seperti dilansir dari Indian Express, ini adalah kasus pertama infeksi amoeba pemakan otak, yang dilaporkan pihak berwenang Korea Selatan.
Setelah dilakukan pemeriksaan, otoritas kesehatan setempat menemukan infeksi yang disebabkan oleh Naegleria fowleri, yakni amoeba pemakan otak.
Infeksi ini mungkin masih terdengar asing bagi kebanyakan orang.
Namun, rupanya kasus amoeba pemakan otak bukanlah hal yang baru, Moms.
Pada tahun 2018, sudah ada 381 kasus yang dilaporkan.
Selain Korea Selatan, Naegleria fowleri ternyata juga sudah memakan nyawa di Amerika Serikat dan Pakistan.
Lantas, apa sebenarnya amoeba pemakan otak?
Dan, bagaimana gejala yang ditimbulkan?
Berikut ini penjelasannya.
Baca Juga: Amoeba Pemakan Otak Tewaskan Satu Orang Asal Korea Selatan, Bagaimana Penyebarannya?
Menurut CDC Amerika Serikat, seperti dilansir dari Kompas, Naegleria adalah jenis amoeba yang hidup bebas dan merupakan organisme hidup bersel tunggal.
Amoeba ini berukuran sangat kecil, sehingga hanya bisa diamati dengan mikroskop.
Habitat amoeba ini biasa ditemukan di air tawar yang hangat, seperti danau, sungai, dan mata air panas, serta tanah.
Sedangkan, Naegleria fowleri adalah satu-satunya amoeba dari spesies Naegleria yang menginfeksi manusia.
Amoeba pemakan otak ini ditemukan pertama kali di Australia pada tahun 1965.
Infeksi amoeba pemakan otak, Naegleria fowleri, pada manusia dapat terjadi saat air yang mengandung amoeba tersebut masuk ke dalam tubuh melalui hidung.
Biasanya, hal ini terjadi saat orang berenang, menyelam atau saat mereka meletakkan kepala di bawah air tawar, seperti di danau atau sungai. Infeksi amoeba pemakan otak dapat menyebabkan kerusakan fatal pada otak.
Amoeba ini dapat menghancurkan jaringan otak dan menyebabkan infeksi berbahaya yang disebut dengan meningoensefalitis amoeba primer.
Saat menginfeksi orang, Naegleria fowleri bisa menjadi pembunuh yang diam-diam bisa melumpuhkan orang dan dengan cepat menyebabkan infeksi yang mematikan.
Gejala infeksi amoeba parasit pemakan otak ini dapat muncul paling cepat dua hari, atau selambat-lambatnya dua pekan, setelah orang menghirup parasit tersebut.
Adapun gejala-gejala yang ditimbulkan, seperti sakit kepala, demam, mual dan muntah, serta perubahan indera penciuman atau perasa.
Keempat gejala tersebut terjadi akibat kerusakan saraf penciuman yang disebabkan oleh infeksi amoeba parasit pemakan otak tersebut.
Infeksi ini akan cepat berkembang melalui sistem saraf pusat, menghasilkan leher yang kaku, kebingungan, kelelahan, hilang keseimbangan, kejang hingga halusinasi.
Pasien biasanya akan menyerah pada infeksi dalam waktu lima hari sampai tujuh hari setelah timbul gejala.
Seperti yang sudah terjadi di beberapa negara, amoeba pemakan otak bisa menjadi sangat mematikan.
Melansir dari Kompas, parasit yang masuk ke tubuh akan menyebabkan kerusakan jaringan otak kritis yang cepat dan tidak dapat dicegah.
Selain itu, infeksi mematikan amoeba pemakan otak juga tidak dapat terdeteksi melalui tes diagnostik cepat, sehingga pasien sering didiagnosis mengalami meningitis virus atau bakteri.
Apalagi, saat ini, tidak ada obat yang dapat terbukti efektif melawan infeksi amoeba, kendati terapi miltefosine cukup menjanjikan.
Dalam hal perawatan, sebagian besar obat juga mengalami kesulitan untuk menembus otak, karena meningoensefalitis amuba primer yang disebabkan oleh infeksi amoeba pemakan otak ini merupakan penyakit langka, dan sangat sedikit studi yang dilakukan.
Hanya satu cara yang bisa dilakukan sebagai pencegahan, yaitu memakai klip hidung saat berenang atau menyelam.
Cara ini bertujuan untuk mencegah parasit seperti amoeba masuk melalui hidung menuju otak.
Nah, itu dia Moms gejala maupun cara mencegah infeksi amoeba pemakan otak. Hati-hati, ya!
Baca Juga: Menggunakan Lensa Kontak Berisiko Buta Jika Dipakai Pada Kondisi Ini
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR