Nakita.id - Kehadiran penyanyi dangdut di sebuah majlis taklim sempat menyedot perhatian beberapa waktu lalu.
Video berdurasi 34 detik itu sempat viral karena ada seorang biduan dangdut bergamis hitam menyanyi di pengajian di hadapan jamaah laki-laki.
Apalagi sang biduan sempat bergoyang-goyang tipis hingga beberapa jamaah sibuk mengabadikannya dengan handphone.
Banyak pihak yang kontra dengan penampakan video tersebut, bahkan tidak sedikit yang menganggapnya sebagai tanda-tanda akhir zaman.
Termasuk akun twitter yaitu @BakulJamu_79 mengungkapkan hal itu dalam cuitannya.
Fenomena apa ini, seorang wanita memakai gamis dan jilbab hitam bernyanyi lagu dangdut koplo di tengah pengajian jamaah pria, benarkah ini pertanda akhir zaman.?
Fenomena apa ini, seorang wanita memakai gamis dan jilbab hitam bernyanyi lagu dangdut koplo di tengah pengajian jamaah pria, benarkah ini pertanda akhir zaman.? pic.twitter.com/Yu2n8OoSPv
— Kang Nongkrong (@BakulJamu_79) January 11, 2023
Kalau dilihat di video, ternyata disamping sang penyanyi ada seorang kyai yang duduk dengan tenang.
Sosoknya menjadi pusat perhatian dan ternyata setelah ditelisik pria itu bernama Muhammad Iqdam yang akrab disapa dengan Gus Iqdam.
Meski banyak yang kontra dengan pendekatan yang dilakukan kyai ini, tapi para jamaahnya tetap mendukung apa yang dilakukan sang ustaz.
Dilansir Nakita dari website santrikertonyono, Agus Muhammad Iqdam atau orang akrab memanggilnya Gus Iqdam, merupakan mubaligh muda yang lagi naik daun.
Khususnya di kalangan muda di wilayah eks Karisidenan Kediri, khususnya Blitar, Jawa Timur.
Dai ini punya Majelis Taklim bernama Sabilu Taubahnya, dan popularitasnya sedang melejit sekarang.
Majlis ini belum lama berdiri, yaitu 4 tahunan.
Hanya saja, pengajian yang berlangsung di Ponpes Mamba’ul Hikam II Desa Karanggayam, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar itu, sudah menyedot ribuan jamaah.
Mereka yang ngaji banyak dari kalangan muda seumurannya.
“Tahun kemarin sakantawis 700-an. Tahun sakmeniko 2.500 jamaah (Tahun kemarin sekitar 700an. Tahun sekarang 2.500 jamaah),” tutur Gus Iqdam dalam channel youtube Gus Iqdam Official.
Latar belakang kaum muda yang rutin ngaji di Majelis Sabilu Taubah Gus Iqdam, berbeda-beda.
Ada yang masih duduk di bangku tsanawiyah (setingkat SMP), kemudian aliyah (setingkat SMA) hingga masih kuliah.
Yang Menarik, yang datang dari kalangan pemuda jalanan, juga tak sedikit.
Berandalan, preman bertato yang terbiasa dengan tradisi molimo.
Para pemuda yang sukarela menerima sebutan Madesu : masa depan suram.
Namun sejak mengenal Majelis Sabilul Taubah, kebiasaan lama tersebut berangsur-angsur mereka tinggalkan.
“Niki istiqomah (ngaji) saestu. Namine Febi, preman pasar Srengat (Ini istiqomah sungguh-sungguh. Namanya Febi, preman pasar Srengat),” tutur Gus Iqdam mengenalkan jamaahnya di depan guru-gurunya.
Di sebuah acara perayaan maulid Nabi Muhammad SAW, Gus Iqdam juga memperkenalkan Febi sebagai pemuda dengan tubuh penuh tato.
Dengan gaya bercanda, ia mengistilahkan Febi sebagai ahli gambar yang tak memiliki kanvas. Sehingga tubuhnya yang digambar.
Setelah aktif ngaji di majelis, Febi bercita-cita menghapus tatonya.
Lain lagi cerita Agus Kotak. Sejak lulus kuliah hingga menikah, belum sekalipun beribadah Sholat Jumat. Namun sejak aktif di Majelis Sabilu Taubah, Agus mulai menunaikan Sholat Jumat. “Alhamdulillah sakmeniko sampun jumatan (Alhamdulillah sekarang sudah salat Jumat),” kata Gus Iqdam menceritakan perubahan Agus Kotak.
Febi dan Agus Kotak hanya dua contoh dari banyak jamaah majelis yang telah berubah lebih baik. Majelis Sabilu Taubah telah membawa pencerahan.
Terutama dalam hal benah-benah akhlak. Gus Iqdam menerapkan metode merangkul sekaligus nguwongke (memanusiakan) para jamaahnya.
Meski positif mendatangkan banyak jamaah yang ingin bertaubat, pendekatan ini juga menuai kontraversi pada sebagian kalangan.
Mereka menganggap menghadirkan musik dangdut apalagi dengan kehadiran biduanita, dianggap sudah melanggar syariat islam.
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR