Nakita.id - Pada materi Peran Tokoh Ulama dalam Penyebaran Islam di Indonesia (Metode Dakwah Islam Oleh Wali Songo di Tanah Jawa) kelas X pada Kurikulum Merdeka, peserta didik wajib mengenal wali songo.
Wali Songo adalah 9 orang yang terkenal di Indonesia, khususnya di Jawa karena penyebaran agama Islam.
9 orang ini memiliki strategi dakwah yang berbeda-beda, dan peserta didik harus tahu hal ini.
Selain sebagai pengingat sejarah Islam di Indonesia, juga sebagai pengetahuan agar bisa mengerjakan ujian nantinya.
Karena, materi ini dipastikan akan ada pada ujian akhir nanti pada mata pelajaran agama Islam.
Simak selengkapnya di sini.
Maulana Malik Ibrahim dipercaya sebagai keturunan dari Nabi Muhammad.
Wali yang disebut Sunan Gresik ini dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Pulau Jawa.
Selain berdakwah, Sunan Gresik mengajarkan cara baru dalam bercocok tanam.
Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik.
Saat Majapahit sedang berada diambang keruntuhan karena perang saudara hingga ada masalah politik dan krisis ekonomi, maka Sunan Gresik berusaha menenangkan dan menggugah semangat masyarakat.
Baca Juga: Kunci Jawaban Agama Islam Bagian Essay Halaman 261-262 Kelas X SMA Kurikulum Merdeka
Bersama dengan pasukan dan tentara dari Laksamana Cheng Ho, Sunan Gresik mencetak sawah baru dan membangun irigasi untuk pertanian rakyat.
Tindakannya ini berhasil membawa perbaikan pada masyarakat pesisir Gresik.
Melalui pendekatan yang halus, maka secara perlahan agama Islam dapat disebarkan dengan baik.
Raden Rahmat atau dikenal dengan Sunan Ampel adalah wali songo yang dianggap sesepuh oleh para wali lainnya. Ia adalah wali yang berasal dari Jeumpa, Aceh.
Selama berdakwah, Sunan Ampel terkenal dalam kemampuannya berdiplomasi.
Ia mampu mengajarkan agara Islam ditengah masyarakat yang masih terikat kasta.
Sunan Ampel dikenal dengan ajarannya “Molimo” yaitu tidak mau melakukan lima perkara yang dilarang, antara lain “emoh main” (tidak mau berjudi), “emoh ngumbi” (tidak mau minum yang memabukkan), “emoh madat” (tidak mau mengisap candu atau ganja), “emoh maling” (tidak mau mencuri atau kolusi), dan “emoh madon” (tidak mau berzina).
Raden Makhdum Ibrahim atau dikenal Sunan Bonang adalah putra dari Sunan Ampel.
Berkat didikan ayahnya, ia memperdalam ajaran Islam dan berguru pada Maulana Ishaq (ayah Sunan Giri) di Malaka.
Setelah itu, ia kembali ke Tuban untuk mulai berdakwah. Sunan Bonang berdakwah melalui saluran pendidikan dan kesenian, yaitu dengan mendirikan pondok pesantren dan memperbarui gamelan Jawa dengan memasukan rebab dan bonang.
Raden Qasim Syarifuddin adalah putra Sunan Ampel dan adik dari Sunan Bonang.
Baca Juga: Kunci Jawaban Agama Islam Pilihan Ganda Halaman 258-261 Kelas X SMA Kurikulum Merdeka
Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kalangan rakyat kecil. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam.
Dakwahnya diselingi dengan tembang suluk yang berisi petuah-petuah indah dan mendalam.
Minat yang tinggi dari masyarakat terhadap dakwahnya mendorong Sunan Drajat untuk mendirikan pesantren yang dijalankan secara mandiri sebagai wilayah otonom dan bebas pajak.
Ja’far Shaddiq adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji dan Cucu Sunan Ampel.
Sunan Kudus memulai dakwahnya di pesisir utara Jawa Tengah dan ia terkenal memiliki wawasan ilmu agama serta pengetahuan yang luas, sehingga dijuluki wali al-ilmu atau “orang berpengetahuan”.
Kecerdasannya itu membuat masyarakat memintanya menjadi pimpinan di daerah yang kemudian dinamakan “Kudus”.
Ia bahkan berperan besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak sebagai panglima perang, penasihat Sultan Demak, dan hakim peradilan kerajaan.
Wali yang termasyur dengan sebutan Sunan Giri ini bernama asli Raden Paku.
Sejak remaja ia belajar agama Islam di pondok pesantren Ampel dan berguru kepada Sunan Ampel.
Ia mendirikan pesantren di Giri Kedaton yang berperan sebagai pusat dakwah di wilayah Jawa dan Indonesia Timur bahkan sampai ke Kepulauan Maluku.
Sunan Giri terkenal dengan dakwahnya yang membawa keceriaan, yang mana di tengah dakwahnya, ia menyelipkan tembang yang riang seperti cublak cublak suweng, lir ilir, dan jamuran.
Masa muda dari Sunan Kalijaga dihabiskan sebagai “perampok budiman”, yang mengambil harta orang kaya untuk dibagikan ke rakyat miskin.
Petualangannya itu berakhir saat bertemu Sunan Bonang, sehingga bertobat dan tergerak untuk menimba ilmu agama Islam.
Sunan Kalijaga menjadikan Demak sebagai pusat dakwahnya. Dimana, ia berdakwah menggunakan pendekatan budaya dan kesenian yaitu wayang kulit serta tembang suluk.
Ciri khas dari dakwahnya adalah toleransinya terhadap budaya dan tradisi setempat yang secara bertahap ia tanamkan kesadaran akan nilai-nilai Islam pada budaya masyarakat.
Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Seperti ayahnya, Sunan Muria menggunakan budaya dan kesenian dalam dakwahnya, dimana tembang sinom, kinanti, dan tradisi kenduri merupakan hasil kreativitasnya.
Ia berupaya menanamkan kesadaran akan keluhuran nilai-nilai Islam secara bertahap.
Pendekatannya disesuaikan dengan kondisi para pendengarnya yang kebanyakan berasal dari kalangan pedagang, nelayan, dan rakyat biasa.
Adapun wilayah dakwahnya meliputi Pati, Juwana, Tayu, dan Kudus.
Sunan Gunung Jati merupakan satu-satunya wali yang berdakwah untuk Jawa Barat.
Ia mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahan. Dalam perkembangannya, pusat ini kemudian menjadi Kesultanan Cirebon.
Dibantu putranya, Maulana Hasanuddin juga berhasil menyebarkan agama Islam di Banten dan Sunda Kelapa serta merintis berdirinya Kesultanan Banten.
Baca Juga: Pengertian al-Kulliyatul al-Khamsa dan Macam Jenisnya, Materi Agama Islam Kelas X Kurikulum Merdeka
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR