Nakita.id – Beberapa waktu belakang, sempat menjadi sorotan perihal meningkatnya kasus diabetes anak di Indonesia.
Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan yang mendapatkan perhatian.
Lantaran dapat dialami oleh siapa saja, tidak terkecuali oleh anak-anal.
Bahkan diketahui lonjakan kasus sampai mencapai 70 kali lipat pada 2023 jika dibandingkan dari 2010.
Dilansir dari Kompas.com, Dr Muhammad Faizi, SpA(K), Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi IDAI mengatakan bahwa prevalensi kasus diabetes pada anak pada Januari 2023 di Indonesia 2 per 100.000 jiwa.
Menurut laporan yang diterima IDAI hingga 31 Januari 2023, ada 1.645 pasien anak penderita diabetes yang tersebar di 13 kota.
Diantaranya yaitu Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, Solo, Surabaya, Malang, Denpasar, Makassar, dan Manado.
Diabetes adalah kondisi medis di mana tubuh seseorang gagal mengelola kadar glukosa atau gula dan akhirnya menyebabkan kegagalan organ.
Bila tidak terdeteksi dini dan tindakan penanganan yang tepat diambil, kondisi tersebut bisa sangat fatal.
Diabetes yang dialami anak terkait dengan pilihan gaya hidup dan faktor genetik.
Namun, diabetes bukanlah penyakit yang tidak bisa diatasi, dengan penanganan yang tepat, anak dapat menjalani hidup sehat secara normal.
Baca Juga: Kasus Diabetes Anak Terus Meningkat, Bagaimana Cara Mencegahnya?
Dilansir dari Mom News Daily, memantau kadar glukosa anak memastikan Moms menjauhkannya dari bahaya dan dokter dapat memantau data keton dan glukosa dengan mudah dari pencatatan harian.
Ini akan membantu memahami apakah peningkatan energi diperlukan atau jika mereka menanggapi pengobatan.
Untuk mendiagnosis diabetes tipe 1 atau tipe 2, biasanya dilakukan pemeriksaan tes gula darah. Hasil pengukuran gula darah akan menunjukkan apakah seseorang menderita diabetes atau tidak.
Dokter akan merekomendasikan pasien untuk menjalani tes gula darah pada waktu dan dengan metode tertentu.
Misalnya tes gula darah sewaktu yang dapat dilakukan pada jam tertentu secara acak. Tes ini tidak mengharuskan pasien untuk berpuasa terlebih dahulu.
Jika hasil tes gula darah sewaktu menunjukkan kadar gula 200 mg/dL atau lebih, pasien dapat didiagnosis menderita diabetes.
Lantas pada interval berapa seharusnya memeriksa kadar glukosa anak? Mengukur kadar glukosa anak harus dilakukan pada beberapa waktu berikut :
Ini harus diintensifkan dan dinormalisasi selama periode awal setelah diagnosis. Dimaksudkan untuk membantu memahami apa dampak setiap makanan terhadap kadar glukosa anak.
Juga dapat membantu orangtua mengetahui apa yang harus disimpan dan apa yang harus dibuang dari diet mereka.
Pada interval waktu ini Ini tidak boleh dilewatkan. Waktu tidur adalah waktu terlama anak tanpa ngemil dan mungkin mengalami tingkat energi yang sangat rendah dan perlu mendapatkan perhatian.
Mengetahui hal ini dapat membantu menentukan apakah camilan sehat diperlukan untuk memastikan anak memiliki kadar glukosa yang cukup untuk dikonsumsi sepanjang malam.
Baca Juga: Kasus Diabetes Anak Meningkat 70 Kali Lipat, Kenali Tanda Diabetes 1 pada Anak
Konsistensi dalam pemantauan akan menghasilkan akurasi dan prediktabilitas yang memperlancar program pengobatan.
Pemeriksaan tengah malam juga diperlukan jika anak sakit atau tampak sakit dan mengalami gejala diabetes yang parah.
Periksa mereka dengan interval dua hingga tiga jam di malam hari.
Energi dan aktivitas intens seperti olahraga berjalan beriringan.
Catat kadar gula mereka sebelumnya sehingga tahu apakah mereka membutuhkan dorongan energi, sebelum dan sesudahnya
Pergeseran dalam pengobatan seperti perubahan dosis insulin kerja lama, atau waktu pengobatan dapat mengganggu fungsi normal sistem.
Oleh karena itu pengawasan yang ketat sangat penting.
Diabetes tipe 1 dan tipe 2 memiliki gejala yang sama, tetapi biasanya berbeda dalam seberapa cepat gejala tersebut muncul.
Gejala tipe 1 pada anak-anak biasanya terjadi secara tiba-tiba seperti selama beberapa jam atau hari. Di sisi lain, gejala tipe 2 cenderung muncul secara bertahap selama beberapa tahun.
Gejala utama yang harus diperhatikan antara lain: Kelelahan ekstrim, merasa lapar meski sudah makan, meningkatnya rasa haus, sering buang air kecil, penurunan berat badan.
Kemudian, nafas berbau buah, iritabilitas atau perubahan perilaku, penglihatan kabur, luka atau memar yang sembuh perlahan, kulit sangat kering, kesemutan, nyeri atau mati rasa di tangan atau kaki, sakit perut, dan mual.
Baca Juga: Penyebab Diabetes pada Anak, Benarkah Salah Satunya dari Susu Kental Manis? Simak Penjelasannya
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR