Nakita.id - Tahun ini, Hari Kanker Sedunia dirayakan pada 2 Februari 2023.
Berdasarkan data Globocan, terdapat 1.188 pasien baru yang terdiagnosis kanker limfoma Hodgkin di Indonesia, yang banyak ditemukan pada usia 15-30 tahun dan kelompok usia diatas 55 tahun.
Sementara itu, angka kematian akibat kanker limfoma Hodgkin pada tahun 2020 mencapai 363 kasus.
Sebagai informasi, kanker limfoma Hodgkin ini merupakan jenis kanker yang menyerang sistem kelenjar getah bening, yang merupakan kumpulan jaringan dan organ yang membantu tubuh menyerang infeksi dan penyakit.
Menurut Dr. dr. Andhika Rachman, Sp.PD, KHOM, FINASIM, umumnya gejala dari kanker ini berupa pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau pangkal paha, yang dapat disertai B symptoms.
Diantaranya demam tinggi (lebih dari 38 derajat Celcius, berkeringan di malam hari, penurunan bobot berat badan lebih dari 10% bobot selama 6 bulan.
"Dan gejala lain seperti gatal-gatal, kelelahan yang luar biasa, dan mengalami intoleransi terhadap alkohol," ungkap dr. Andhika.
Melihat kasus ini, PT Takeda Indonesia bersama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) mengadakan diskusi media bertajuk 'Limfoma Hodgkin: Menutup Kesenjangan Akses Pengobatan Inovatif Untuk Limfoma Hodgkin', Kamis (23/3/2023).
Diskusi media ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mengenai Limfoma Hodgkin, tema ini sesuai dengan tema besar Hari Kanker Dunia yaitu 'Closing the Gap in Cancer Care'.
"Dalam rangka Hari Kanker Dunia 2023 ini, Yayasan Kanker Indonesia menyampaikan pentingnya pemangku kepentingan dan masyarakat bergandeng tangan dalam meningkatkan pengetahuan tentang kanker, mengatasi kesenjangan perawatan kanker, dan mendorong pencegahan kanker. Termasuk, pada kesempatan ini kanker limfoma hodgkin," kata Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP.
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia ini juga menyampaikan bentuk apresiasinya atas kolaborasi dengan PT Takeda Indonesia.
"Melihat pentingnya kesadaran masyarakat akan beragam jenis kanker yang dapat mengintai siapapun, Yayasan Kanker Indonesia mengapresiasi kolaborasi dengan PT Takeda Indonesia sehingga kita dapat lebih mengetahui tentang kanker limfoma hodgkin, faktor risiko, pencegahan, dan modalitas perawatannya," ungkap Prof. Aru.
Di sisi lain, Andreas Gutknecht mewakili PT Takeda Indonesia berkomitmen untuk membuka akses dan menjalankan tujuan organisasi demi menghadirkan obat-obatan inovatif yang dibutuhkan pasien.
"Salah satunya untuk (kanker) limfoma Hodgkin, dimana terdapat populasi pasien yang memiliki keterbatasan untuk mendapatkan perawatan yang sesuai untuk kondisi mereka," sebut General Manager PT Takeda Indonesia ini.
Berdasarkan tatalaksana dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN), jenis pengobatan kanker limfoma Hodgkin diantaranya adalah kemoterapi, terapi target, radioterapi, transplantasi sumsum tulang, dan imunoterapi.
Sebanyak 20% pasien kanker limfoma Hodgkin yang sudah pernah mendapatkan pengobatan lini pertama masih memiliki kemungkinan kambuh.
Para pasien kambuh ini membutuhkan pengobatan lini kedua yang sesuai untuk kondisi mereka.
Akan tetapi, akses terhadap obat-obatan inovatif yang mereka butuhkan masih terbatas, dan tingkat keterjangkauan juga masih rendah.
"Baru-baru ini pengobatan inovatif terapi target akan segera masuk kedalam skema Jaminan Kesehatan Nasional di mana akan lebih banyak pasien yang akan mendapatkan akses terhadap obat-obatan yang dibutuhkah, terutama untuk para pasien yang memiliki kekambuhan," terang dr. Andhika.
Dari sisi akses pengobatan, berdasarkan laporan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), negara dengan pendapatan nasional yang lebih rendah memiliki ketersediaan obat anti-kanker yang lebih rendah, termasuk terapi target.
Hal ini menimbulkan perbedaan pada angka harapan hidup pasien kanker di berbagai negara.
Berbagai strategi dapat diterapkan oleh pemangku kepentingan untuk meningkatkan akses terhadap obat kanker, salah satunya dengan menyediakan program bantuan pasien.
"Takeda Indonesia berkomitmen untuk menyediakan akses terhadap pengobatan inovatif, salah satunya dengan membuka akses secara luas melalui program Jaminan Kesehatan Nasional dan juga Patient Assistance Program kami yaitu Takeda BISA (Bantu Indonesia Sehat melalui Akses)," Terang Andreas.
Takeda BISA (Bantu Indonesia Sehat melalui Akses) merupakan program yang memudahkan pasien mendapatkan akses pengobatan inovatif bagi pasien yang memenuhi syarat medis dan finansial.
Sehingga, pasien dapat menyelesaikan program perawatan yang dibutuhkan.
Salah satunya adalah perawatan kanker limfoma Hodgkin.
Program ini telah diimplementasikan di beberapa fasilitas pelayanan kesehatan.
Seperti misalnya, apotek YKI dan beberapa rumah sakit di Indonesia.
Baca Juga: Sedang Sakit Kaki & Punggung? Periksakan, Bisa Jadi Tanda Dini Kanker Serviks
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Kirana Riyantika |
KOMENTAR