Intan menyampaikan, untuk tipsnya sendiri kembali ke pihak orangtuanya sendiri.
“Kan efek psikologis itu visual ya. Apa yang dia (anak) lihat itu otak akan merespons," katanya.
“Jadi, kalau menurut aku, (isi) piringnya juga kita perhatikan. Khususnya, bentuk piringnya,” katanya lagi dengan tegas.
Ketika waktu sarapan tiba, mungkin bisa tidak menggunakan piring yang besar agar tidak menimbulkan kesan kurang pada anak itu sendiri.
Akan tetapi, jika menggunakan piring kecil, tentu otak akan meresponnya penuh dan bakal kenyang.
“Jadi, dalam penyajian juga harus diperhatikan, karena visual itu menghadirkan pola pikir yang berbeda,” pesan Intan.
Selain itu, lanjut Intan, orangtua juga harus tahu porsi sarapan seberapa, porsi makan siang seberapa, hingga porsi makan malam.
“Balik lagi ya, good eating habit (kebiasaan makan baik) itu dimulai bagaimana konsep tersebut dilakukan di rumah,” tutupnya.
Dalam membentuk kebiasaan makan yang baik ini, dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK mengatakan bahwa hal tersebut perlu dibangun sejak dini.
“Dalam menyiapkan makanan yang akan dikonsumsi saat sarapan, penting untuk membiasakan sarapan bernutrisi tapi tetap enak dan menggugah selera makan anak,” ujar dokter spesialis gizi klinik ini.
Baca Juga: Manfaat Sarapan untuk Anak, Mulai Menambah Energi hingga Meningkatkan Konsentrasi dan Daya Ingat
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR