Yang tak kalah penting, pilih sekolah yang mendukung setiap bakat anak yang berbeda-beda serta memiliki program yang dapat mengembangkan potensi anak.
Setiap anak memiliki karakternya masing-masing, tugas orangtua hanyalah mengarahkan.
Anak yang pendiam jangan dipaksa menjadi anak yang aktif secara fisik, begitu pula anak yang lebih suka aktivitas di luar ruangan jangan dipaksa belajar di dalam kelas dalam waktu yang panjang.
Sebaliknya, orangtua bisa mengarahkan karakter anak tersebut menjadi keuntungan baginya, misalnya anak pendiam dapat diberi banyak buku bacaan yang meningkatkan intelegensinya.
Selama anak tidak berperilaku menyimpang dan masih dalam batas kewajaran, hormati keinginan anak untuk menjadi dirinya sendiri.
Orangtua juga harus ingat bahwa anak cerdas tetaplah anak-anak yang suka bermain.
Jadi, selalu sediakan waktu baginya untuk menyalurkan kegiatan dalam bentuk lain, misalnya berolahraga atau bahkan sekadar main video games.
Ketika menerapkan pola parenting anak demi menciptakan anak cerdas, tidak jarang orangtua melakukan kesalahan yang disadari maupun tidak.
Beberapa kesalahan tersebut, antara lain:
- Memiliki ekspektasi yang tidak realistis
- Tidak memiliki aturan atau menerapkan batasan
- Tidak konsisten
Baca Juga: Berperan Sama Saat Anak Marah, Dads Bisa Lakukan 6 Hal Ini untuk Menenangkan Si Kecil
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR