Nakita.id – Ada sebuah tradisi unik di bulan puasa yang telah dilestarikan turun temurun selama puluhan tahun di Kota Solo.
Ketika Ramadan tiba, seluruh umat Islam di manapun menyambutnya dengan suka cita.
Selain karena amalan dan kebaikan yang dapat dilakukan, kuliner khas Ramadan juga menjadi daya tarik tersendiri.
Salah satunya adalah sajian kuliner yang dikenal dengan bubur samin yang hanya bisa ditemukan di Masjid Darussam, Jayengan, Sarengan, Solo.
Bubur legendaris ini sudah menjadi tradisi bagi masyarakat sekitar dalam menyambut bulan suci dari tahun ke tahun.
Sempat terhenti ketika pandemi, di tahun ini bubur samin khas Banjar kembali hadir untuk menghiasi Ramadan 1444 H.
Bubur samin dibagikan secara gratis kepada masyarakat sekitar yang datang.
Setidaknya terdapat sekitar 1300 porsi bubur disediakan oleh takmir masjid sebagai hidangan berbuka puasa.
Terdapat pemandangan yang menarik ketika tim Nakita.id tiba di halaman Masjid Darussalam sejak pukul 14.00 WIB, Kamis, (24/03/2023).
Terlihat beberapa orang tengah sibuk mengaduk bubur di satu panci berukuran besar.
Sementara, masyarakat sekitar juga tampak satu per satu berdatangan dengan membawa wadah kosong di tangan mereka.
Meskipun bubur belum sepenuhnya matang, proses membuat bubur samin ini menjadi ajang tontonan para warga yang penasaran cara membuatnya.
Proses pembuatan bubur samin khas Banjar ini diketahui telah berlangsung siang tadi selepas Dzuhur sampai waktu Ashar.
Untuk membuat sajian bubur ini membutuhkan berbagai bahan baku, seperti beras hingga rempah-rempah.
Bahan tersebut merupakan sumbangan dari masyarakat yang ikut berantusias dalam tradisi di bulan Ramadan ini.
Muhammad Mayasin, ketua pelaksana pembuatan bubur samin mengatakan dalam satu kali pembuatan bubur menghabiskan sebanyak 50 kg beras.
Dari seluruh bahan dan bumbu tersebut nantinya akan menjadi 1300 porsi yang mana sekitar 1000 porsi untuk masyarakat secara gratis dan sisanya untuk takjil masjid.
“Bahan-bahannya selain beras, ada rempah-rempah, kemudian ada sayur mayur, ada daging sapi, kelapa, ada juga tentunya minyak samin yang menjadi ciri khas bubur,” paparnya di sela-sela pembuatan bubur.
Cita rasa gurih yang ada di dalam bubur berasal dari bahan yang diolah seperti beras, daging sapi, loncang, dan wortel.
Tidak ketinggalan ada juga rempah-rempah seperti jahe, jinten, sereh, dan masih banyak lagi.
Adapun yang menjadikannya kian istimewa karena tambahan minyak samin dengan ciri khas warna kekuningan.
Baca Juga: Niat Salat Tahajud yang Benar untuk Menambah Pahala di Bulan Ramadan
Sajian khas bulan Ramadan di Masjid Darussalam ini bukanlah makanan khas Kota Solo melainkan berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Sejarah awal mula tradisi ini dibawa oleh para pendatang dari Martapura yang merantau ke Kota Solo.
Mereka mendirikan langgar atau musala di Jayengan dengan dinding yang terbuat dari anyaman bambu.
Hingga kemudian terus berkembang menjadi sebuah masjid yang dikenal dengan nama Masjid Darussalam seperti sekarang ini.
“Sebetulnya kan ini dulu kakek-kakek kami itu dulu selain bubur, ada nasi kuning, nasi samin juga diputuskan oleh Ustadz Anang Sya’roni sesepuh jaman dahulu dipilih untuk ikonnya,” jelas Muhammad Mayasin.
Berawal dari sebuah kebiasaan, takjil bubur samin kemudian berubah menjadi tradisi yang terus dilestarikan hingga sekarang.
“Waktu itu dibuat untuk sedikit paling 30-40 porsi, kemudian tahun 1985 baru kita buat porsi banyak untuk masyarakat umum," lanjutnya.
Pada pukul 15.45 WIB, setelah dibacakan doa bersama bubur khas Banjar ini dibagikan ke masyarakat yang sudah mengantre.
Tradisi bagi-bagi bubur ini tidak hanya dikhususkan untuk umat muslim saja melainkan diperuntukan semua umat beragama, meskipun dibagikan selama Bulan Ramadan.
Bahkan tradisi pembagian bubur samin khas Banajr ini menjadi sebuah destinasi wisata religi di Solo.
Baca Juga: Keutamaan Menjalankan Ibadah Puasa dan Tarawih di 10 Hari Pertama
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Kirana Riyantika |
KOMENTAR