Nakita.id - Imunisasi harus diberikan kepada anak sejak dini.
Tujuan pemberian imunisasi ini adalah sebagai bentuk pencegahan risiko infeksi pada anak itu sendiri.
Biasanya Moms mengenal bahwa imunisasi wajib diberikan pada anak sejak usia 0 (nol) hari hingga 1,5 tahun.
Tapi tahukah Moms? Anak usia sekolah juga sangat disarankan untuk diimunisasi.
Program imunisasi lanjutan ini dilaksanakan pada BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah), yaitu setiap bulan Agustus dan November.
Pemberian imunisasi selama BIAS dilakukan oleh petugas puskesmas yang bekerja sama dengan sekolah sekitar, Moms.
Lantas, bagaimana cara puskesmas mengajak sekolah-sekolah sekitar bekerja sama untuk pemberian imunisasi anak?
Yuk, cari tahu informasi lengkapnya dari salah satu pihak di Puskesmas Kelapa Dua, Tangerang Selatan.
Bidan Endang Lina Noviani, Str.Keb menyampaikan, pihak Puskesmas Kelapa Dua selalu berkoordinasi dan bekerja sama dengan baik dengan pihak sekolah.
"Sejauh saya memegang program imunisasi, saya selalu berkoordinasi dan bekerja sama dengan baik dengan pihak sekolah," ungkap Bidan Lina dalam wawancara eksklusif Nakita pada Rabu (5/4/2023).
"Kebetulan sekolah yang bekerja sama dengan Puskesmas Kelapa Dua di wilayah Kelapa Dua itu sekitar ada 24 sekolah dasar ya terutama. Alhamdulillah-nya mereka menyambut baik program imunisasi ini yang diberikan untuk anak kelas 1, 2, dan 5 SD," ucapnya.
Baca Juga: Begini Cara Kader Puskesmas Kelapa Dua Mengajak Orangtua Agar Rutin Bawa Anak Imunisasi
Bidan Lina menyampaikan, tak ada satupun sekolah di wilayah Kelapa Dua yang menolak kegiatan imunisasi tersebut.
"Khususnya, yang memang dijadwalkan khusus di bulan Agustus dan di bulan November. Itu untuk kelas 1, 2, dan 5," kata bidan yang menjabat sebagai Koordinator Imunisasi Anak ini.
"Karena, imunisasi pada anak sekolah dasar adalah imunisasi lanjutan saat dia masih bayi dan balita. Jadi, kita booster ulang lagi. Seperti vaksin Covid ini, ada ulangan," terang bidan ini.
Berdasarkan pemaparan Bidan Lina, untuk anak kelas 1 SD diberikan vaksin Difteri Tetanus (DT) dan vaksin Campak Rubella (MR).
"Untuk anak kelas 1 SD atau usia 6-7 tahun, itu kita berikan vaksin Difteri Tetanus dan satu lagi booster MR atau Campak Rubella, yang tadi terakhir diberikan di usia 18 bulan. Jadi, kita ulang lagi di usia 6-7 tahun," terangnya.
Kemudian di kelas 2 SD, diberikan vaksin Tetanus Difteri (TD).
Jenis vaksin ini sebenarnya tidak ada bedanya dengan vaksin Difteri Tetanus (DT) yang sebelumnya diberikan pada anak kelas 1 SD.
"Sebenarnya sama sih. Cuma beda hurufnya saja di depan dan komposisi dari vaksinnya yang berbeda," jelas Bidan Lina.
"Jadi intinya adalah untuk mencegah difteri dan tetanus pada anak usia sekolah," lanjutnya menjelaskan.
Pemberian vaksinasi kemudian dilanjutkan kembali ketika anak telah mencapai kelas 5 SD.
Baca Juga: Cara Mendapatkan Imunisasi Polio di Posyandu dan Manfaat untuk Kesehatan Anak
Untuk kelas 5 SD, vaksin yang diberikan juga sama yaitu vaksin Tetanus Difteri (TD).
"Di kelas 5 SD, kita lanjut lagi vaksinnya adalah Tetanus Difteri lagi," kata Bidan Lina.
"Karena, di dua tahun itu kan sudah agak menurun ya kekebalannya. Jadi, di kelas 5 SD kita berikan," jelasnya.
Selain vaksin TD, anak kelas 5 SD juga rencananya akan diberikan vaksin HPV.
"Rencananya, Pemerintah Kabupaten Tangerang akan memberikan vaksinasi HPV untuk anak sekolah. Jadi, tunggu saja kabar baiknya," ungkap bidan ini.
Sebagai informasi, vaksin HPV diberikan untuk mencegah risiko kanker kelamin, baik pada anak perempuan maupun laki-laki, sejak dini.
Bidan Lina mengatakan, pentingnya imunisasi itu bisa dilihat dari tumbuh kembang anaknya masing-masing.
"Jadi, dari tahun ke tahun, kita lihat perkembangan anak-anak semakin membaik. Terutama, penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi hampir jarang ditemui walaupun ada, tidak menutup kemungkinan," ujarnya.
"Karena ya itu tadi, pasti ada (orangtua) yang menolak untuk diimunisasi," ungkapnya lagi.
Oleh karena itu, Bidan Lina berpesan pada para orangtua diluar sana untuk tetap memberikan yang terbaik untuk masa depan anaknya.
"Jangan hindari imunisasi, karena imunisasi adalah cara yang paling tepat sebelum dilakukan pengobatan," terangnya.
Baca Juga: Apakah Harus Ulang dari Awal Jika Ada Imunisasi Anak Terlewat? Berikut Penjelasan Ahli
"Jadi, sebelum anak-anak itu menjadi sakit, kita berikan dulu dia vaksinasi untuk pencegahannya dulu," pesan Bidan Lina.
"Jadi, saat seandainya dia kena atau ada yang terkena di sekelilingnya, dia sudah punya kekebalan alami," jelasnya.
Selain itu, dirinya juga menyampaikan dengan tegas bahwa imunisasi adalah hak asasi manusia.
"Tapi, yang kita kembalikan lagi adalah, berhubung yang diimunisasi adalah anak, jadi orangtua juga tidak boleh yang namanya mengatur haknya si anak itu," katanya lagi dengan tegas.
Sebab menurut Bidan Lina, salah satu hak anak adalah mendapatkan pengobatan maupun imunisasi yang baik.
"Jadi, untuk menjaga anak tersebut dari rangkaian penyakit, orangtua ini kita contohkan dengan orangtua yang lain. Yang anaknya mau diimunisasi," ujar Bidan Lina.
"Tidak perlu dipaksa, tapi kita contohkan ke orangtua yang lain. Bila ada orangtua yang tidak mau anaknya diimunisasi, kita contohkan (orangtua) yang sebelahnya," ujarnya lagi dengan tegas.
Bidan Lina bahkan juga menyampaikan pesan untuk orangtua yang ingin anaknya diimunisasi.
"Kalau untuk ibu-ibu yang mau imunisasi anaknya, dia juga kita dorong untuk memberikan motivasi ke ibu-ibu yang tidak mau memberikan imunisasi kepada anaknya," sebutnya.
"Jadi, bukan dari mulut kita (kader) atau mulut tenaga kesehatan. Bisa jadi dari masyarakat atau tetangga sebelah. Jadi dari situ, imunisasi pasti berhasil," tutupnya.
Maka, jangan sampai Moms lewatkan juga pemberian imunisasi untuk anak sekolah ya. Semoga bermanfaat!
Baca Juga: Berikut Biaya Imunisasi Anak di Puskesmas dan Cara Mendapatkannya
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR