Nakita.id – Masalah balita wasting atau kekurangan berat badan adalah salah satu masalah gizi yang signifikan di Indonesia dan menjadi perhatian dalam mencapai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs).
Dalam buku Roadmap Sustainable Development Goals dari Bappenas, diketahui bahwa 10,2% balita di Indonesia mengalami wasting pada tahun 2018.
Diperkirakan angka ini hanya akan menurun menjadi 7,52% apabila tidak ada intervensi apapun.
Sedangkan, bila ada campur tangan skenario intervensi, angka prevalensi balita wasting tahun 2030 bisa menurun signifikan menjadi 3%.
Penelitian oleh Harding, et al. (2017) mengidentifikasi beberapa penyebab umum stunting dan wasting antara lain buruknya nutrisi ibu saat sebelum dan masa kehamilan.
Selain itu, beberapa hal lain seperti pola asupan gizi pada anak-anak, buruknya kebersihan diri, sanitasi yang tidak layak, juga kemiskinan, berkaitan erat dengan stunting dan wasting.
Sayangnya, dalam pengentasan gizi buruk ini, Indonesia memiliki tantangan utama yaitu tingginya harga makanan yang bergizi. Hampir 40% rumah tangga di Indonesia tidak mampu menerapkan pola makan sehat dengan harga terjangkau.
Mengatasi balita wasting membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan perubahan dalam pola makan dan perawatan kesehatan. Berikut ini beberapa cara yang dapat membantu mengatasi balita wasting:
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah berkonsultasi dengan tenaga medis seperti dokter atau ahli gizi.
Mereka akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi balita dan memberikan saran dan rekomendasi yang tepat.
Balita wasting membutuhkan asupan kalori dan nutrisi yang lebih tinggi dari biasanya. Bantu Si Kecil untuk meningkatkan konsumsi makanan yang kaya akan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak sehat, sayuran, dan buah-buahan.
Baca Juga: Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif dalam Mencegah Stunting, Sesuai Tujuan SDGs Tujuan 2030
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR