Nakita.id - Setiap tanggal 29 Juni dirayakan sebagai Hari Keluarga Nasional (Harganas), dan secara bersamaan gerakan Keluarga Berencana (KB) juga dijalankan.
Sampai saat ini, program KB menjadi ajang untuk menyadarkan kembali masyarakat akan pentingnya membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera.
Salah satu wujud program KB ini adalah penggunaan alat kontrasepsi, Moms.
Alat kontrasepsi sendiri bisa digunakan untuk pasangan usia subur dan sudah menikah.
Lalu, bagaimana jika Moms sudah berusia 35 tahun keatas? Apakah masih bisa memakai alat kontrasepsi?
Jawabannya tentu saja bisa! Moms bisa simak artikel berikut ini.
Menurut dr. Thesa Ananda Prima, jika seorang wanita misalnya sudah berusia 35 tahun keatas dan ada kondisi sedang merokok misalnya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
"Nah, kondisi wanita yang sudah berusia diatas 35 tahun kemudian merokok juga, biasanya tidak direkomendasikan untuk menggunakan kontrasepsi yang mengandung hormon," terang dr. Thesa saat diwawancarai eksklusif oleh Nakita, Rabu (21/6/2023).
"Jadi, sebaiknya bisa memilih kontrasepsi yang tidak ada hormonnya seperti IUD. Atau, bisa juga minta pasangan untuk menggunakan kondom," lanjutnya menerangkan.
Jika Moms ternyata kondisi tidak merokok, maka pilihan alat kontrasepsinya ada banyak dan tidak hanya sebatas KB IUD saja. Mulai dari pil KB, KB suntik, hingga KB implan.
Baca Juga: 3 Cara Memilih Alat Kontrasepsi yang Tepat untuk KB Bagi Pasutri Baru
Lalu, bagaimana jika Moms ternyata sudah berusia 40 tahun keatas dan ingin menjalani program KB?
Moms yang berusia 40 tahun keatas sebenarnya sudah mendekati masa menopause, jelas dr. Thesa.
"Nah, biasanya itu terjadi penurunan kadar hormon estrogen," ungkap Medical Advisor DKT Indonesia ini.
"Kalau untuk para wanita, selagi sudah mencapai usia 40 tahun dan tidak merokok, sebenarnya pilihan kontrasepsinya itu cukup banyak. Rata-rata mereka bisa menggunakan semua jenis atau pilihan kontrasepsi," katanya menyampaikan.
Namun, dr. Thesa menegaskan bahwa wanita yang sudah berusia 40 tahun keatas itu cenderung mengalami kondisi kesehatan tertentu.
Diantaranya seperti hipertensi (tekanan darah tinggi) hingga diabetes.
"Jadi, sebelum menentukan pilihan kontrasepsi, ada baiknya berkonsultasi dulu dengan tenaga kesehatan. Bisa ke bidan ataupun ke dokter," pesannya.
Jika Moms sampai saat ini masih kesulitan bagaimana cara memilih alat kontrasepsi yang sesuai, simak beberapa tips berikut menurut dr. Thesa.
Menurutnya, memilih alat kontrasepsi yang tepat itu ibarat memilih baju, sepatu, hingga tas.
"Jadi, disesuaikan dengan kondisinya. Misalnya, mau pergi jalan-jalan atau pergi ke pesta, nah pastinya jenis sepatu juga jenis tas yang digunakan itu akan berbeda," ungkap dr. Thesa.
"Begitu pula dengan kontrasepsi, kita tentukan sesuai dengan kebutuhan si akseptor," lanjutnya.
Contohnya, jika akseptor adalah pasangan yang baru menikah.
dr. Thesa menyebut, pasangan yang baru menikah ini biasanya ingin menunda punya anak dalam waktu beberapa bulan atau setahun.
"Pilihan kontrasepsi yang disarankan tentunya kontrasepsi yang setelah digunakan atau berhenti itu balik suburnya segera," sebutnya.
Salah satu contohnya bisa menggunakan pil KB, katanya.
"Pil KB ini merupakan pilihan kontrasepsi yang begitu selesai digunakan, maka si pasangan bisa berencana untuk promil segera. Jadi, ini cocok banget digunakan oleh pasutri yang baru menikah," terang dr. Thesa.
"Bisa juga pilihan keduanya adalah kondom yang digunakan oleh pria. Jadi, ada dua pilihan untuk pasangan yang baru menikah," lanjutnya menerangkan.
Meski begitu, jika Moms baru menikah di usia 35 tahun keatas, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan bidan ataupun dokter terkait alat kontrasepsi yang tepat untuk menjalani program KB nanti.
Tips selanjutnya adalah mempertimbangkan jangka waktu penggunaan alat kontrasepsi itu sendiri.
"Jadi, penggunaan kontrasepsi itu ada yang jangka panjang dan juga yang jangka pendek," ucap dr. Thesa.
"Nah, kalau jangka pendek tadi bisa menggunakan pil KB. Kalau untuk yang jangka panjang biasanya pilihannya ada dua, ada implan atau IUD," lanjutnya.
Untuk KB implan sendiri masa perlindungannya mencapai 3-5 tahun, sedangkan untuk KB IUD itu masa perlindungannya mencapai 5-10 tahun.
Baca Juga: Peran DKT dalam Mendukung Kelancaran Program KB di Indonesia
"Namun, kalau berencana untuk hamil di tengah-tengah penggunaan apakah boleh dilepas? Boleh banget," ungkap dr. Thesa.
Jadi, jika Moms menggunakan antara KB implan atau IUD dan tahun kedua ingin promil lagi, itu bisa dilepas.
"Jadi, tidak harus menunggu sampai masa perlindungannya habis," kata dr. Thesa dengan tegas.
Dengan berbagai macam pilihan kontrasepsi tersebut, dr. Thesa berharap agar para wanita dan para ibu tidak bingung lagi dalam menentukan pilihan kontrasepsi.
"Khusus wanita-wanita dengan penyakit tertentu misalnya, itu bisa berkonsultasi dulu dengan dokter atau bidan," pesan dr. Thesa dengan tegas.
Selain wanita, kontrasepsi untuk pria juga sangat penting untuk mendukung kelancaran program KB.
"Kondom ini punya satu kelebihan yang tidak dimiliki kontrasepsi lainnya. Jadi, kondom ini merupakan satu-satunya alat kontrasepsi yang dapat mencegah penularan penyakit atau infeksi menular seksual," jelas dr. Thesa.
"Jadi, bisa mencegah penularan HIV atau penyakit infeksi menular seksual lainnya itu menggunakan kondom. Selain sebagai alat kontrasepsi, kondom juga bisa mencegah penularan penyakit-penyakit," lanjutnya.
Itu tadi tiga tips memilih alat kontrasepsi yang tepat menurut dr. Thesa ya, Moms.
Segera lakukan cara diatas agar program KB yang sedang dijalankan berjalan dengan lancar.
Moms bisa kembali ke halaman 1 untuk mencari tahu alat kontrasepsi yang tepat untuk wanita berusia 35 tahun keatas.
Baca Juga: Pengertian KB dan Manfaatnya untuk Kesehatan Fisik dan Mental
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Kirana Riyantika |
KOMENTAR