Misalnya, ketika ada suatu hal yang tidak cocok antara suami dan istri, suami akan tidak mudah mentoleransi. Begitu pula istri.
Alhasil, kondisi inilah yang membuat konflik kecil-kecilan yang berkepanjangan.
"Dari mereka yang cerai-cerai itu, kalau diwawancarai, apa penyebab terbesarnya? Adalah konflik kecil-kecil yang berkepanjangan. Bukan karena ekonomi, ekonomi nomor dua. Bukan karena perselingkuhan juga ya," ungkap dr. Hasto.
"Yang nomor satu adalah karena konflik kecil-kecil, nomor dua ekonomi, baru yang lain-lainnya. Dan ini polanya sama, sepuluh tahun, lima tahun yang lalu sampai hari ini polanya sama," lanjutnya mengungkapkan.
Menurut dr. Hasto, baik dari pihak istri maupun suami masih kurang dewasa untuk menerima, menghayati, dan mentoleransi segalanya dari pihak pasangan. Termasuk, segala kekurangannya.
"Ingat ya, orang dewasa itu memang orang yang bisa menahan diri dan bisa memaklumi orang lain. Tidak langsung respon marah, respon menolak, pasti ada menahan sedikit," terangnya.
"Itulah maknanya pernikahan, perjodohan itu harus dengan berdewasa. Tidak cukup hanya bekal ekonomi saja," lanjutnya menegaskan.
Tak sampai di situ. Orang yang tidak siap dengan kehadiran orang lain di dalam rumah tangga dan sulit mentoleransi atau menempatkan diri, lanjut dr. Hasto, mereka jadi jomblo bahkan enggan berjodoh.
Sebab, jika tidak menghadapinya dengan cara dewasa, konflik bisa menjadi panjang dan jadi masalah.
"Itulah saya kira kalau pertanyaan kenapa hari keluarga itu penting," ucap dr. Hasto.
Selain itu, dr. Hasto juga menyampaikan kembali definisi dari program KB atau Keluarga Berencana yang sebenarnya.
Baca Juga: Kenali Jenis Kondom Terbaik untuk Pria yang Menjalani Program KB
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR