Nakita.id - Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah masalah yang serius dan merugikan.
Sayangnya, banyak pasangan yang terjebak dalam hubungan yang berpotensi berujung pada KDRT.
Dalam artikel ini, kita akan membahas ciri-ciri pasangan yang berpotensi melakukan KDRT.
Mengenali tanda-tanda ini dapat membantu kita mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri dan orang-orang di sekitar kita.
1. Perubahan Sikap dan Perilaku
Salah satu ciri pasangan yang berpotensi melakukan KDRT adalah perubahan sikap dan perilaku yang drastis.
Mereka mungkin awalnya terlihat baik, penuh perhatian, dan penyayang, tetapi lama kelamaan mulai berubah menjadi agresif, posesif, dan mengontrol.
Pasangan tersebut mungkin sering kali marah dengan mudah, cemburu secara berlebihan, dan mengontrol kehidupan sehari-hari Anda.
2. Pola Kekerasan dalam Konflik
Pasangan yang berpotensi melakukan KDRT sering kali menggunakan kekerasan fisik atau emosional sebagai bentuk penyelesaian konflik.
Mereka mungkin sering melemparkan barang, mengancam, atau bahkan memukul dan mencakar saat ada perselisihan.
Mereka juga mungkin tidak mampu mengendalikan kemarahan mereka, bahkan dalam situasi yang seharusnya tidak memicu reaksi yang begitu intens.
3. Isolasi Sosial
Pasangan yang cenderung melakukan KDRT sering kali berusaha mengisolasi korban dari keluarga, teman, dan lingkungan sosial mereka.
Mereka mungkin membatasi atau melarang kontak dengan orang lain, mengendalikan kegiatan dan pertemuan sosial, serta mengontrol akses korban ke telepon atau media sosial.
Hal ini bertujuan untuk mengontrol korban dan membuatnya merasa terisolasi dan tergantung sepenuhnya pada pasangan tersebut.
4. Manipulasi dan Pengendalian
Pasangan yang berpotensi melakukan KDRT sering menggunakan taktik manipulatif dan pengendalian untuk mengendalikan korban.
Mereka mungkin mengubah fakta, memutarbalikkan kebenaran, atau memanfaatkan ketidakpastian dan keraguan korban untuk memperkuat kontrol mereka.
Pasangan tersebut juga dapat mengancam akan melakukan kekerasan atau menyebabkan kerugian jika korban mencoba melawan atau meninggalkan hubungan.
5. Perilaku Jealous dan Pengawasan yang Berlebihan
Pasangan yang berpotensi melakukan KDRT sering kali memiliki rasa cemburu yang berlebihan dan melakukan pengawasan yang terus-menerus terhadap korban.
Mereka mungkin terus-menerus memeriksa telepon, email, atau pesan korban, serta mengajukan pertanyaan yang terperinci tentang kegiatan dan pertemuan korban.
Perilaku ini mencerminkan kurangnya kepercayaan dan rasa kontrol yang berlebihan dalam hubungan.
6. Mengancam dan Memberintimidasi
Pasangan yang berpotensi melakukan KDRT sering menggunakan ancaman dan intimidasi sebagai alat untuk menjaga kontrol atas korban.
Mereka mungkin mengancam akan melukai korban, melukai diri sendiri, atau bahkan membunuh jika korban mencoba untuk pergi atau melaporkan kekerasan tersebut.
Ancaman-ancaman ini menciptakan rasa takut yang berkelanjutan dan membuat korban merasa terjebak dalam hubungan yang berbahaya.
7. Penyalahgunaan Narkoba atau Alkohol
Penggunaan narkoba atau alkohol yang berlebihan dapat menjadi faktor risiko dalam terjadinya KDRT.
Pasangan yang menggunakan narkoba atau alkohol secara berlebihan mungkin menjadi lebih rentan terhadap perilaku kekerasan dan kehilangan kendali emosi.
Ketergantungan pada zat-zat ini juga dapat memperburuk siklus kekerasan dalam hubungan.
8. Pengalaman Sebelumnya dengan KDRT
Baca Juga: Babak Baru Kasus KDRT yang Menimpa Artis Bollywood Rakhi Sawant
Bila pasangan memiliki riwayat KDRT sebelumnya, ada kemungkinan besar bahwa pola tersebut akan terulang dalam hubungan berikutnya.
Orang yang pernah menjadi pelaku KDRT cenderung melanjutkan pola tersebut ke pasangan baru.
Oleh karena itu, penting untuk berhati-hati jika pasangan memiliki riwayat kekerasan sebelumnya.
9. Pengabaian terhadap Kesejahteraan Korban
Pasangan yang berpotensi melakukan KDRT sering kali tidak peduli dengan kesejahteraan dan keselamatan korban.
Mereka mungkin tidak memperhatikan kebutuhan fisik atau emosional korban, bahkan mungkin melakukan tindakan yang merugikan secara sengaja.
Pengabaian terhadap kesejahteraan korban adalah indikasi bahwa pasangan tersebut tidak memiliki rasa empati dan peduli terhadap pasangan mereka.
Sebagian artikel ini ditulis dengan menggunakan bantuan kecerdasan buatan
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR