Ketika tubuh mengalami peningkatan aliran darah, pembuluh darah di saluran hidung dapat membesar dan menyebabkan pembengkakan, mengakibatkan hidung tersumbat atau hidung berair.
Selama kehamilan, sistem kekebalan tubuh ibu mengalami penurunan aktivitas untuk mencegah penolakan terhadap janin yang terbentuk dari bahan genetik ayah yang asing.
Penurunan respons imun ini juga dapat mempengaruhi saluran hidung, membuat ibu hamil lebih rentan terhadap peradangan dan infeksi pada saluran hidung.
Beberapa ibu hamil mungkin memiliki alergi atau hipersensitivitas tertentu sebelum atau selama kehamilan.
Alergen seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, atau bahan kimia tertentu dapat memicu reaksi alergi yang menyebabkan gejala hidung tersumbat atau hidung berair pada ibu hamil.
Perubahan pada sistem pembuluh darah juga dapat berkontribusi pada pregnancy nose.
Pada beberapa ibu hamil, pembuluh darah di hidung bisa menjadi lebih sensitif dan lebih mudah pecah.
Ini dapat menyebabkan hidung berdarah atau perasaan hidung tersumbat.
Faktor lingkungan seperti debu, polusi udara, asap rokok, atau bau yang kuat dapat memicu reaksi pada saluran hidung ibu hamil dan menyebabkan gejala pregnancy nose.
Meskipun pregnancy nose umumnya tidak membahayakan dan akan hilang setelah kehamilan selesai, tetaplah penting untuk mengelolanya dengan baik.
Beberapa langkah yang dapat membantu mengurangi gejala pregnancy nose antara lain:
Dorong Bapak Lebih Aktif dalam Pengasuhan, Sekolah Cikal Gelar Acara 'Main Sama Bapak' Bersama Keluarga Kita dan WWF Indonesia
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR