Rakyat berbondong-bondong masuk Islam karena syarat masuk Islam sangat mudah, lebih dari itu Islam tidak mengenal sistem kasta.
Islam dianggap sebagai agama pembebas bagi rakyat jelata.
Tumbuhnya kesultanan Islam di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari sebab timbulnya politik di luar Indonesia.
Periode Khulafaur Rasyidin, Bani Umayah, Bani Abbassiyah, Fathimiyah hingga Kesultanan Turki Ustmani.
Kemudian diikuti dengan runtuhnya pengaruh Hindu Budha di India, dan munculnya Kerajaan Moghul.
Perkembangan Islam di Peking, Cina berpengaruh terhadap pertumbuhan masjid, pesantren baik di dalam maupun di luar pulau Jawa.
Untuk mengetahui perkembangan Mazhab Syafi’i yang dianut mayoritas oleh masyarakat Indonesia termasuk di Kesultanan Samudra Pasai, dapat diketahui dari catatan Ibnu Batutah (penjelajah muslim dari Maroko yang bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah al-Lawati at-Tanji bin Batutah) yang pernah berkunjung ke Kesultanan Samudra Pasai pada tahun 745-746 H/1345 M.
Pada catatan tersebut dijelaskan bahwa di Gujarat berkembang Mazhab Syi’ah.
Sedangkan kesultanan Samudra Pasai adalah bermazhab Syafi’i.
Perbedaan mazhab antara Gujarat dan Samudra Pasai inilah yang dijadikan alasan oleh Buya Hamka untuk menolak teori Gujarat.
Jika benar bahwa agama Islam berasal dari Gujarat seperti pendapat Snouck Hurgronje dan wilayah pertama penerima ajaran Islam adalah Samudra Pasai maka dapat dipastikan bahwa Samudra Pasai akan bermazhab Syi’ah.
Baca Juga: Ulasan Lengkap Pembahasan Kunci Jawban Soal Esai Halaman 119, PAI SMA Kelas 10 Kurikulum Merdeka
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR