Hal ini telah dipaparkan di dokumen yang dikeluarkan WHO dan UNICEF, yakni Alasan Medis Penggunaan Pengganti ASI.
Mengutip dokumen tersebut dari Nakita (24/8/2023), berikut pemaparan selengkapnya.
a. Kondisi ibu yang dapat membenarkan alasan penghindaran menyusui secara permanen:
- Infeksi HIV: jika pengganti menyusui dapat diterima, layak, terjangkau, berkelanjutan, dan aman (AFASS).
b. Kondisi ibu yang dapat membenarkan alasan penghentian menyusui untuk sementara waktu:
- Penyakit parah yang menghalangi seorang ibu merawat bayi, misalnya sepsis.
- Virus Herpes Simplex tipe 1 (HSV-1): kontak langsung antara luka pada payudara ibu dan mulut bayi sebaiknya dihindari sampai semua lesi aktif telah diterapi hingga tuntas.
- Pengobatan ibu:
• Obat-obatan psikoterapi jenis penenang, obat anti-epilepsi dan opioid dan kombinasinya dapat menyebabkan efek samping. Misalnya seperti mengantuk dan depresi pernapasan dan lebih baik dihindari jika alternatif yang lebih aman tersedia;
• Radioaktif iodin-131 lebih baik dihindari mengingat bahwa alternatif yang lebih aman tersedia - seorang ibu dapat melanjutkan menyusui sekitar dua bulan setelah menerima zat ini;
• Penggunaan yodium atau yodofor topikal (misalnya povidone-iodine) secara berlebihan, terutama pada luka terbuka atau membran mukosa, dapat menyebabkan penekanan hormon tiroid atau kelainan elektrolit pada bayi yang mendapat ASI dan harus dihindari;
Baca Juga: Daftar Mitos Pantangan Makanan untuk Ibu Menyusui yang Masih Dipercaya, Ternyata Begini Faktanya
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR