Nakita.id - Setiap tahunnya, tanggal 26 September diperingati sebagai Hari Kontrasepsi Sedunia.
Melalui peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia ini, pasangan diingatkan kembali untuk memilih alat kontrasepsi yang tepat dalam merencanakan keluarga yang sehat.
Namun sebelum memilih kontrasepsi manakah yang tepat, pasangan perlu mengetahui bagaimana kondisi kesehatan reproduksinya.
Pasalnya, pernikahan bukan hanya mempersatukan dua hati yang memiliki perasaan dan tujuan hidup yang sama.
Tapi juga, menghasilkan keturunan yang sehat sehingga dapat berkontribusi untuk negara.
Kepala BKKBN Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) telah mendorong untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan reproduksi bagi para calon pengantin (catin).
Sebagai informasi, dismenore adalah nyeri pada saat haid.
"Jadi, pada saat haid itu ada yang normal dan ada yang tidak normal," sebut dr. Hasto dalam acara IG Live Referenata: Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Reproduksi untuk Calon Pengantin pada Senin (25/9/2023).
Pada haid yang normal, Moms tentu merasa pegal dan nyeri di perut bagian bawah.
Akan tetapi, Moms masih bisa beraktivitas seperti biasa tanpa harus minum obat.
"Haid yang kita anggap tidak normal itu adalah nyeri yang mengganggu tanpa minum obat sama sekali. Mereka tidak tahan dengan rasa sakitnya," ungkap dr. Hasto.
Baca Juga: Pemeriksaan Kesehatan Reproduksi Sangat Penting bagi Catin, Ini Kata Kepala BKKBN
Selain ditandai dengan rasa sakit, Moms dengan haid tidak normal juga sering alami mual muntah, pinggang terasa sangat pegal, atau bahkan sulit buang air besar.
"Juga, sering izin tidak beraktivitas seharian seperti tidak masuk kerja," tambah dr. Hasto.
Menurut dr. Hasto, haid yang tidak normal ini umumnya disebabkan oleh penyakit endometriosis, dimana sel-sel endometrium (lapisan dalam rahim) tumbuh di luar rahim.
"Sehingga, pada saat rahimnya menstruasi, endometriumnya mengelupas dan berdarah.
"Endometrium yang ada di luar rahim tadi juga ikut mengelupas dan berdarah. Akibatnya, timbul rasa nyeri dan tidak ada gejala pra-haid," terang Kepala BKKBN ini.
Bahkan dalam jangka panjang, Moms dengan penyakit endometriosis akan sulit hamil.
"Tapi, tidak serta merta bahwa semua perempuan yang endometriosis atau nyeri haid itu sulit hamil. Tidak otomatis, tidak serta merta seperti itu," kata dr. Hasto menekankan.
Sementara itu, jika endometrium berada di dalam rahim, mengelupas dan berdarah, hal ini tentu normal bahkan tidak menimbulkan nyeri.
Sebab, darah mengalir keluar melalui jalan lahir dan menjadi darah menstruasi.
Menurut dr. Hasto, pemeriksaan kesehatan reproduksi sebelum menikah itu penting dilakukan.
Baca Juga: Pentingnya Mengenal Kesehatan Reproduksi Sejak Remaja, Kapan Mulai Dikenalkan?
"Karena, kejadian perempuan menikah tetapi tidak siap untuk hamil itu cukup besar," ungkap dr. Hasto
dr. Hasto bahkan merujuk pada data perempuan Indonesia yang alami anemia di beberapa daerah, dimana sebagian besar mencapai lebih dari 20%.
Lebih lanjut, sebagian besar perempuan Indonesia yang akan menikah atau hamil ternyata masih kurang asupan kalori dan protein.
"Ini cukup berkontribusi besar terhadap kejadian stunting. Baik pada bayi, baduta, pun balita," ujarnya.
Maka dari itulah, dr. Hasto sangat menekankan pada para catin untuk mengetahu status kesehatan reproduksinya sebelum menikah.
Hal ini bertujuan untuk mencegah nasib keturunannya setelah lahir, sehingga bisa tumbuh sehat dan optimal sesuai yang diharapkan.
Untuk pemeriksaan kesehatan reproduksi bisa dilakukan di bidan, puskesmas, ataupun klinik terdekat.
Di sebagian besar daerah, biaya pemeriksaannya sudah ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
Meski ada beberapa daerah yang belum menerapkan kebijakan tersebut, dr. Hasto menekankan bahwa biaya pemeriksaan darah tidak terlalu mahal.
"Tidak sampai yang mahal-mahal banget di kisaran Rp 30.000 - Rp 50.000," sebutnya.
"Biasanya sih, periksa Hb itu tarifnya di kisaran Rp 5.000 - Rp 10.000," lanjutnya.
Baca Juga: Selain Menerapkan Gaya Hidup Sehat, Ketahui Cara Mencegah Stunting Sejak Sebelum Nikah
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR