1. Sinar Matahari yang optimal
Faktor pertama, kata Muhammad Irsal, dikarenakan pemanasan sinar Matahari yang cukup optimal. Di mana, ini terjadi pada pagi menjelang siang hari.
"Saat ini, posisi semu Matahari (pada bulan September) berada tepat di atas khatulistiwa. Sehingga, penerimaan sinar Matahari cukup merata di wilayah Indonesia termasuk di wilayah Jabodetabek," terang dia.
2. Kondisi cuaca cerah dengan tingkat pertumbuhan awan yang minim
Kemudian, faktor kedua, disebabkan karena kondisi cuaca cerah.
Di mana, kondisi cuaca cerah dengan tingkat pertumbuhan awan yang minim turut memicu optimalnya pemanasan sinar Matahari.
"Seperti diketahui bahwa pertumbuhan awan dapat menghalangi sinar Matahari langsung ke permukaan Bumi," pungkasnya.
Sementara itu, Koordinator Bidang Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jateng Iis Widya Harmoko menyampaikan bahwa kondisi suhu panas ini masih akan berlangsung hingga Oktober 2023.
"Nanti puncaknya sekitar bulan Oktober tanggal 20-an dan (suhu) akan turun lagi mulai November dan turun lagi Desember," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (28/9/2023).
"Diperkirakan suhu di Jawa Tengah sampai dengan Oktober akan berkisar antara 37-38 derajat celsius," lanjutnya.
Dia menambahkan, kondisi saat ini hampir sama dengan 2015 dan 2019 lalu karena merupakan tahun kering dan secara klimatologis diperkirakan akan ada kenaikan suhu sampai Oktober.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Suhu Panas Melanda Beberapa Wilayah Pulau Jawa, Berlangsung sampai Kapan?"
4 Rekomendasi Susu Penggemuk Badan Anak yang Bisa Bikin Si Kecil Lebih Gemuk dan Sehat
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR