Nakita.id - Keracunan makanan adalah masalah kesehatan yang serius yang dapat memengaruhi siapa saja, termasuk anak-anak.
Saat kita berbicara tentang keracunan makanan, muntah adalah tanda yang paling sering dikaitkan.
Namun, penting untuk diingat bahwa ada banyak tanda lain yang dapat menunjukkan bahwa seorang anak telah terkena keracunan makanan.
Dalam artikel ini, kita akan membahas tanda-tanda keracunan makanan selain muntah yang perlu Anda ketahui sebagai orangtua atau pengasuh.
Salah satu tanda paling umum keracunan makanan pada anak adalah diare.
Diare biasanya terjadi ketika sistem pencernaan anak terganggu oleh mikroba berbahaya atau toksin yang ada dalam makanan yang mereka konsumsi.
Diare dapat menyebabkan dehidrasi jika tidak diatasi dengan benar.
Meskipun muntah adalah reaksi yang lebih kuat, anak-anak yang terkena keracunan makanan sering merasakan mual atau perasaan tidak nyaman di perut mereka.
Kembung atau perasaan penuh di perut juga bisa menjadi tanda keracunan makanan.
Gas yang dihasilkan oleh bakteri dalam usus dapat menyebabkan perasaan kembung yang tidak nyaman.
Nyeri perut yang tajam atau kram dapat terjadi pada anak yang terkena keracunan makanan.
Baca Juga: Rincian Biaya Pindah Rumah Pakai Maxim, Solusi Hemat Buat Kita Semua
Ini adalah respons tubuh terhadap iritasi yang disebabkan oleh bakteri atau zat beracun dalam makanan.
Beberapa anak yang terkena keracunan makanan dapat mengalami sakit kepala.
Ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk dehidrasi atau efek toksin pada sistem saraf.
Keracunan makanan juga dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh atau demam.
Ini adalah upaya alami tubuh untuk melawan infeksi atau racun.
Anak-anak yang terkena keracunan makanan mungkin merasa lemah dan lesu karena tubuh mereka berusaha untuk melawan infeksi atau mencerna zat beracun.
Selain tanda-tanda umum yang telah disebutkan di atas, ada beberapa jenis keracunan makanan yang memiliki gejala khusus yang perlu diwaspadai:
Gejala keracunan salmonella meliputi diare berair, mual, muntah, demam, dan nyeri perut.
Anak-anak yang terinfeksi salmonella mungkin juga mengalami sakit kepala dan lemah.
Gejala keracunan E. coli meliputi diare darah atau lendir, mual, muntah, dan demam.
Infeksi E. coli dapat sangat serius dan bahkan mengancam nyawa, terutama pada anak-anak kecil.
Listeria adalah bakteri yang dapat menyebabkan gejala seperti mual, muntah, diare, demam, sakit kepala, dan kelemahan.
Pada anak-anak yang lebih muda atau orang dengan sistem kekebalan yang lemah, listeria bisa sangat berbahaya.
Infeksi staphylococcus aureus dapat menyebabkan mual, muntah, diare, dan sakit perut.
Gejala ini biasanya muncul dalam waktu singkat setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Botulisme adalah keracunan yang jarang terjadi tetapi sangat serius.
Gejalanya meliputi kesulitan menelan, gangguan bicara, kelemahan otot, muntah, dan kesulitan bernapas.
Botulisme memerlukan perawatan medis segera.
Jika Anda mencurigai bahwa anak Anda mengalami keracunan makanan, tindakan cepat dan tepat sangat penting.
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat Anda ambil:
Dehidrasi adalah komplikasi umum dari keracunan makanan, jadi pastikan anak Anda minum banyak cairan.
Anda dapat memberikan air, larutan oral rehidrasi yang tersedia di apotek, atau jus ringan.
Baca Juga: Efek Samping dan Komplikasi yang Bisa Terjadi Saat Keracunan Makanan
Hindari memberikan minuman berkafein atau beralkohol.
Biarkan anak Anda beristirahat untuk membantu tubuhnya melawan infeksi atau toksin.
Anak yang sakit mungkin membutuhkan lebih banyak tidur dari biasanya.
Selama anak Anda mengalami gejala keracunan makanan, hindari memberikannya makanan yang sulit dicerna seperti makanan berlemak, pedas, atau berminyak.
Pilih makanan yang ringan dan mudah dicerna.
Jika gejala tidak membaik dalam beberapa jam atau jika anak Anda mengalami gejala yang serius seperti demam tinggi, darah dalam tinja, atau kesulitan bernapas, segera hubungi dokter.
Dokter dapat memberikan perawatan medis yang diperlukan dan mungkin perlu melakukan tes untuk mengidentifikasi agen penyebab keracunan.
Jika anak Anda didiagnosis dengan keracunan makanan bakteri seperti salmonella atau E. coli, dokter mungkin tidak meresepkan antibiotik.
Penggunaan antibiotik untuk beberapa jenis keracunan makanan dapat memperburuk gejala.
Tentu saja, langkah terbaik adalah mencegah keracunan makanan dari awal.
Berikut adalah beberapa tips pencegahan:
Baca Juga: Diare Akibat Keracunan Makanan, Ini Rekomendasi Obat yang Aman dari Dokter
Ajarkan anak Anda untuk selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah menggunakan toilet.
Simpan makanan dalam suhu yang aman dan pastikan untuk memasukkan makanan yang mudah membusuk ke dalam lemari es sesegera mungkin.
Pastikan makanan daging, unggas, dan telur dimasak sepenuhnya sebelum dimakan.
Anak-anak sebaiknya menghindari makanan mentah atau setengah matang seperti daging mentah atau telur mentah.
Periksa tanggal kadaluwarsa pada makanan yang dibeli dan pastikan untuk membuang makanan yang telah kadaluwarsa.
Pastikan alat masak dan peralatan yang digunakan bersih dan telah dicuci dengan baik sebelum digunakan.
Keracunan makanan pada anak bisa sangat mengganggu, tetapi dengan pemahaman tentang tanda-tanda dan langkah-langkah yang tepat untuk penanganan dan pencegahan, Anda dapat membantu menjaga kesehatan anak Anda.
Selalu perhatikan anak Anda jika mereka mengalami gejala keracunan makanan dan konsultasikan dengan dokter jika Anda memiliki kekhawatiran.
Pencegahan adalah kunci, jadi pastikan untuk mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menghindari keracunan makanan sebisa mungkin.
Sebagian isi artikel ini ditulis dengan menggunakan bantuan kecerdasan buatan.
Baca Juga: Satu Keluarga di Bekasi Alami Keracunan, Bagaimana Kronologinya?
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR