Nakita.id - Berikut ini adalah profil dari salah satu ulama Islam Indonesia yang mendunia dalam buku PAI kelas XI kurikulum merekda.
Sosok ulama tersebut adalah Syaikh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati al-Makasari.
Seperti kita tahu, ulama Islam memiliki peran utama dalam mengajar dan memahamkan ajaran agama Islam, serta menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar kehidupan beragama.
Mereka juga berperan sebagai penjaga moral dan etika dalam masyarakat.
Di Indonesia, yang memiliki mayoritas penduduk beragama Islam, ulama adalah sumber inspirasi, penyeimbang, dan penjaga kesucian ajaran Islam.
Syekh Yusuf Abdul Mahasin merupakan ulama besar yang berasal dari Gowa, Sulawesi Selatan.
Syekh Yusuf Abul Mahasin lahir pada 3 Juli 1626 dan wafat pada 23 Mei 1699.
Beliau meninggal dunia di Cape Town, Afrika Selatan pada usia 72 tahun.
Beliau merupakan salah satu pahlawan nasional Indonesia.
Sementara di kalangan rakyat Sulawesi Selatan, mendapatkan gelar sebagai Tuanta Salamaka ri Gowa (“tuan guru penyelamat kita dari Gowa”).
Syekh Yusuf lahir dari orang tua yang bernama Abdullah dan Aminah.
Baca Juga: Teladan Imam Nawawi Ulama Islam Indonesia yang Mendunia, Buku PAI Kelas XI Kurikulum Merdeka
Nama Yusuf konon katanya diberikan oleh Sultan Alaudin yang berkuasa sejak 1593 Masehi.
Ia merupakan raja Gowa yang masih Islam dan masih kerabat Syekh Yusuf.
Syekh Yusuf berguru pada Sayyid Ba Alawi bin Adul al-Allamah Attahir.
Guru beliau yang lain adalah Sayyid Jalaludin Al-Aidid.
Syekh Yusuf menikah dengan putri Sultan Gowa ketika usianya 18 tahun.
Beliau kemudian juga pergi ke Banten dan Aceh.
Di Banten, sahabatnya adalah Sultan Ageng Tirtayasa, yang kelak mengangkatnya sebagai Mufti Kesultanan Banten.
Selanjutnya, Di Aceh, Syekh Yusuf berguru pada Syekh Nuruddin ar-Raniri dan mendalami tarekat Qadiriyah.
Tahun 1644 M, Syekh Yusuf menunaikan ibadah haji dan tinggal di Makkah untuk beberapa lama, lalu belajar kepada ulama terkemuka di Makkah dan Madinah.
Termasuk juga memperdalam ilmu ke Yaman, berguru pula kepada Syekh Abdullah Muhammad bin Abdul Baqi.
Beliau juga pergi ke Damaskus (Suriah) untuk berguru pada Syekh Abu al-Barakat Ayyub bin Ahmad bin Ayyub al-Khalwati Al-Quraisyi.
Baca Juga: Meneladani Jejak Ulama dan Umat Islam di Indonesia Mata Pelajaran PAI Kelas XI Kurikulum Merdeka
Ketekunan, penjelajahan dan ikhtiar Syekh Yusuf dalam menuntut ilmu patut untuk diteladani.
Syekh Yusuf belajar Islam sekitar 20 tahun di Timur Tengah.
Saat Kesultanan Gowa kalah perang dari Belanda, Syekh Yusuf pindah ke Banten.
Pada periode ini, Kesultanan Banten menjadi pusat pendidikan agama Islam, dan Syekh Yusuf memiliki murid dari berbagai daerah, termasuk 400 orang asal Makassar yang dipimpin oleh Ali Karaeng Bisai.
Pada September 1684 M, Syekh Yusuf ditangkap dan diasingkan ke Srilanka.
Di negeri itu, Syekh Yusuf tetap berdakwah, sehingga memiliki murid ratusan yang berasal dari India Selatan.
Salah satu ulama besar India, yang merupakan santrinya adalah Syekh Ibrahim bin Mi’an.
Syekh Yusuf kemudian diasingkan lebih jauh lagi, yakni ke Afrika Selatan.
Dia masih berdakwah dan mendapatkan banyak pengikut.
Saat beliau wafat tanggal 23 Mei 1699 M, pengikutnya menjadikan hari wafatnya sebagai hari peringatan.
Bahkan, Nelson Mandela, mantan presiden Afrika Selatan, menyebutnya sebagai ‘Salah Seorang Putra Afrika Terbaik’.
Baca Juga: Rangkuman PAI Kelas XI Antara Khutbah dan Dakwah, Apa Bedanya Ya?
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR