Nama ayahnya adalah Syeikh Abdul Jalil, yang merupakan ulama yang berasal dari Yaman.
Beliau dilantik menjadi Mufti Negeri Kedah (kini Malaysia) pada awal abad ke-18.
Sementara ibunya, bernama Radin Ranti, adalah wanita asli Palembang.
Syekh Abdus Samad kemudian melanjutkan pendidikan di salah satu pondok di Negeri Pattani (termasuk wilayah Thailand Selatan).
Saat itu, beliau menimba ilmu keislaman dengan belajar ke Arab (Mekah dan Madinah).
Di Pattani, beliau mendapatkan ilmu-ilmu dasar, seperti hafalan Matan Ilmu-Ilmu Arabiyah.
Selanjutnya, beliau melanjutkan di bidang Syariat Islam dimulai dengan matan-matan ilmu fiqh yang bermadzhab Imam Syafi’i.
Beliau juga belajar di bidang tauhid dimulai dengan menghafal matan-matan ilmu kalam/ushuluddin menurut faham Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja/Sunni) yang bersumber dari Syekh Abul Hasan al-Asy’ari dan Syeikh Abu Mansur al-Maturidi.
Karena kecerdasannya saat di Pattani, Syekh Abdus Samad sudah diperbolehkan sebagai pengajar, meskipun masih sebatas menjadi Mentor atau Tutor.
Syekh Abdus Samad merupakan salah satu kunci pembuka dan pelopor perkembangan intelektualisme Nusantara Indonesia.
Ini membuatnya sebagai salah satu tokoh ulama mendunia yang harus diteladani.
Baca Juga: Teladan Imam Nawawi Ulama Islam Indonesia yang Mendunia, Buku PAI Kelas XI Kurikulum Merdeka
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR