Nakita.id – Kasus seorang dokter yang mengalami KDRT dari suaminya tengah menjadi sorotan.
Seperti diketahui, setelah kabur mencari pertolongan, suami sang dokter akhirnya ditangkap oleh pihak kepolisian.
Namun, baru-baru ini, dikabarkan bahwa korban memutuskan untuk mencabut laporannya atas perlakuan KDRT sang suami.
Kembalinya korban KDRT pada pelaku bisa dibilang tidak hanya sekali terjadi.
Sebelumnya, pedangdut Lesty Kejora juga akhirnya memaafkan dan mencabut laporannya atas KDRT yang dilakukan suaminya, Rizky Billar.
Lantas, apa sebenarnya yang membuat korban KDRT sulit lepas dari pasangannya?
Berikut ini penjelasannya.
Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan permasalahan serius yang mengenai banyak individu di seluruh dunia.
Meskipun terdapat upaya untuk memberikan perlindungan bagi korban KDRT, banyak dari mereka menghadapi kesulitan dalam melepaskan diri dari pasangan yang melakukan kekerasan.
Inilah beberapa penyebab kompleks yang membuat korban KDRT sulit untuk lepas dari pasangannya.
Salah satu penyebab utama sulitnya korban KDRT untuk lepas dari pasangannya adalah manipulasi psikologis.
Pelaku KDRT sering menggunakan taktik manipulasi untuk mengontrol pikiran dan emosi korban.
Hal ini menciptakan rasa ketergantungan emosional yang sulit untuk diatasi, sehingga korban merasa sulit untuk melepaskan diri karena takut dan merasa terikat secara emosional.
Pelaku KDRT sering mengisolasi korban dari keluarga, teman-teman, dan dukungan sosial lainnya.
Isolasi ini dapat membuat korban merasa terperangkap dan tanpa jaringan dukungan yang cukup.
Tanpa sokongan dari lingkungan sosial, korban merasa kesulitan untuk membuat keputusan besar seperti melepaskan diri dari hubungan yang berbahaya.
Pelaku KDRT sering menggunakan ancaman kekerasan lanjutan sebagai cara untuk mengendalikan korban.
Rasa takut akan konsekuensi kekerasan yang lebih parah atau bahkan ancaman terhadap keluarga korban dapat membuatnya merasa tidak memiliki pilihan selain bertahan dalam hubungan yang beracun.
Ketergantungan finansial juga menjadi faktor penting yang membuat korban KDRT sulit untuk lepas dari pasangannya.
Jika korban bergantung pada pasangan untuk dukungan finansial, kekhawatiran kehilangan sumber pendapatan atau akses terhadap aset dapat menjadi penghalang besar dalam upaya melepaskan diri.
Pelaku KDRT sering menggunakan siklus kekerasan dan perbaikan hubungan sebagai cara untuk mempertahankan kendali.
Setelah episode kekerasan, pelaku mungkin menunjukkan penyesalan dan janji-janji untuk berubah.
Korban kemudian dapat merasa harapan akan perbaikan hubungan dan mencoba untuk memberikan kesempatan kedua, hanya untuk menemui siklus kekerasan tersebut berulang kembali.
Beberapa pelaku KDRT dapat menggunakan sistem hukum untuk memperkuat kontrol mereka terhadap korban.
Hal ini dapat termasuk ancaman mengenai hak asuh anak.
Selain itu, sering kali proses hukum juga digunakan sebagai alat untuk melanjutkan penindasan.
Korban KDRT sering mengalami rasa bersalah atau merasa malu terkait dengan situasi mereka.
Stigma sosial terkait dengan KDRT dapat membuat korban enggan untuk mencari bantuan.
Bahkan, tak sedikit korban yang tidak mau berbicara terbuka tentang pengalaman mereka.
Alhasil, kondisi ini menyulitkan mereka untuk melepaskan diri dari pasangan yang berbahaya.
Ketidaktahuan tentang akses ke bantuan dan dukungan juga dapat menjadi hambatan.
Korban KDRT mungkin tidak menyadari sumber daya dan organisasi yang dapat memberikan bantuan dan perlindungan.
Pendidikan dan pengetahuan tentang cara mencari bantuan adalah kunci dalam membantu korban melepaskan diri dari kekerasan.
Memberikan dukungan emosional dan psikologis yang kuat dapat membantu korban merasa didengar dan dipahami.
Cara kedua yang bisa dilakukan adalah meningkatkan pendidikan dan kesadaran tentang KDRT.
Ya, kesadaran akan KDRT dapat membantu korban untuk mengenali bahwa mereka bukanlah satu-satunya dan bahwa ada bantuan yang dapat mereka dapatkan.
Memberikan akses ke layanan pendampingan hukum dapat membantu korban memahami hak-hak mereka dan memberikan perlindungan hukum yang diperlukan.
Membantu korban untuk membuat rencana keamanan yang melibatkan langkah-langkah konkret untuk melindungi diri mereka sendiri dan anak-anak mereka.
Menyediakan sumber daya keuangan dan dukungan perumahan dapat membantu korban meraih kemandirian finansial, sehingga mengurangi ketergantungan pada pasangan yang beracun.
Melepaskan diri dari pasangan yang melakukan KDRT memang proses yang kompleks dan sulit bagi korban.
Memahami faktor-faktor yang membuat korban sulit untuk lepas dari pasangannya adalah langkah awal yang penting untuk memberikan dukungan yang sesuai.
Upaya kolektif dari masyarakat, lembaga kesehatan, dan organisasi dukungan dapat memainkan peran krusial dalam membantu korban KDRT untuk mencapai kemerdekaan dan keamanan yang mereka butuhkan.
Nah, itu dia penyebab korban KDRT sulit lepas dari pasangannya.
Semoga bermanfaat.
Baca Juga: Babak Baru Kasus KDRT yang Menimpa Artis Bollywood Rakhi Sawant
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR