Nakita.id - Risiko penipuan masih kerap berseliweran di dunia online.
Berdasarkan data yang diterima layanan CekRekening.id dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) tahun 2017-2022, sebanyak 486.000 laporan dari masyarakat terkait tindak pidana informasi dan transaksi elektronik (ITE).
405.000 laporan merupakan penipuan transaksi online, diikuti tindak pidana penipuan investasi daring fiktif mencapai sekitar 19.000 laporan dan penipuan jual beli daring tercatat sebanyak 12.000 laporan.
Fakta tersebut kemudian diperkuat oleh Laporan Risiko Global 2022 dari Forum Ekonomi Dunia, yang menyebut sebanyak 95 persen insiden keamanan siber di dunia disebabkan oleh kesalahan manusia.
Termasuk, fenomena FOMO (fear of missing out) atau khawatir ketinggalan momen terhadap info promo belanja besar-besaran seperti Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas).
Agar tidak terjadi lagi, Moms dan Dads perlu menerapkan tips-tips sebagai berikut agar bisa menghindari penipuan online yang disebabkan oleh FOMO.
Pertama, pertimbangkan keputusan pembelian secara rasional dan hindari terburu-buru karena FOMO.
Selalu pikirkan apakah penawaran tersebut benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan anggaran atau tidak.
Sebelum membeli, pastikan Moms dan Dads juga melakukan riset tentang penjual, produk, atau penawaran tersebut.
Jangan lupa untuk membaca ulasan pelanggan dan mencari informasi lebih lanjut sebelum mengambil keputusan.
Terapkan batas anggaran untuk masing-masing dan disiplinkan untuk tidak melampaui batas tersebut. Termasuk jika terjadi FOMO.
Baca Juga: Cara Mengatasi Penipuan Online, Cepat Lakukan Ini Sebelum Uang Terkuras Habis
Dengan menetapkan anggaran yang sesuai, Moms dan Dads bisa terhindar dari risiko pembelian impulsif kedepannya.
Moms dan Dads harus menghindari mengklik tautan dari sumber yang tidak dikenal atau mencurigakan.
Pasalnya, penipu sering menggunakan tautan palsu untuk menarik perhatian dan mencuri informasi pribadi dari sana.
Pastikan situs web tempat Moms dan Dads berbelanja aman.
Periksa apakah alamat situs dimulai dengan "https://" dan ada ikon gembok di bilah alamat, yang menandakan koneksi aman.
Pastikan Moms dan Dads memahami berurusan dengan siapa ketika bertransaksi secara online.
Periksa identitas penjual, alamat fisik, nomor telepon, dan informasi kontak lainnya sebelum melakukan transaksi.
Hindari pembayaran dengan metode yang tidak dapat diubah atau sulit untuk melacak.
Gunakan kartu kredit atau sistem pembayaran yang menawarkan perlindungan pelanggan.
Jika penawaran terlihat terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, mungkin memang begitu.
Penawaran yang sangat murah atau diskon besar-besaran dapat menjadi tanda adanya penipuan.
Baca Juga: Mencegahnya Lebih Baik, Begini Cara Menghindari Penipuan Online
Pastikan perangkat Moms dan Dads sudah dilengkapi dengan perangkat lunak keamanan yang terbaru.
Ini dapat membantu melindungi Moms dan Dads dari ancaman keamanan online.
Jika penawaran atau promo datang dengan tekanan emosional atau tenggat waktu yang sangat singkat, hindari terjebak.
Penipu sering menggunakan FOMO dengan menciptakan situasi darurat untuk mendorong pembelian impulsif.
Selain menerapkan tips-tips di atas, Moms dan Dads juga bisa mengikuti eksperimen sosial di Vomoshop yang bisa diakses di www.vomoshop.com.
Vomoshop sendiri adalah sebuah situs web simulasi edukasi e-commerce buatan Blibli, yang digagas dari keresahan akan budaya FOMO dalam belanja masyarakat sehingga seringkali lalai dan menjadi sasaran dunia tipu-tipu.
Bahkan akhir-akhir ini modusnya juga kian berkembang, mulai dari tawaran pekerjaan berbayar hingga komisi tugas yang menawarkan keuntungan berlipat ganda ala ponzi game.
Hingga bulan September 2023, hasil yang didapat sangat mencengangkan.
Dari total 63.196 pengunjung Vomoshop, ditemukan 4 dari 5 pengunjung situs memutuskan checkout belanja terhadap penawaran yang menggiurkan.
Ini membuktikan mayoritas masyarakat masih rentan terjebak tipu tipu online akibat FOMO.
Menyikapi hal ini, Blibli turut ambil bagian dalam program pemerintah untuk edukasi literasi digital dan budaya siber masyarakat sekaligus menjadi perwujudan komitmen tata kelola dan data privasi perseroan.
Kegiatan edukasi bertajuk 'Gerakan Hindari Tipu-tipu' ini adalah kelanjutan dari eksperiman sosial Vomoshop, yang telah didukung oleh Kemkominfo RI, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA), berbagai komunitas dan mitra, hingga para key opinion leaders (KOLs).
Kegiatan edukasi yang berlangsung Kamis (30/11/2023) ini menjadi momentum yang tepat untuk meluncurkan panduan hindari tipu-tipu online #IngatVOMO.
VOMO sendiri adalah akronim dari Verifikasi, Observasi, Mudah akses info, dan Ofisial rekening platform-nya untuk bertransaksi online.
"Lewat panduan selalu #IngatVOMO, Blibli melanjutkan komitmen keberlanjutan pada sisi peningkatan literasi digital masyarakat lewat edukasi tentang privasi data dan keamanan siber.
Terutama, kami tak henti-hentinya mengingatkan masyarakat agar bertransaksi hanya pada rekening ofisial platform yang bertanggung jawab di seluruh layanan dan fitur yang ditawarkan kepada pelanggan," kata Yolanda Nainggolan selaku Head of Public Relations Blibli.
Yola juga menambahkan, Blibli juga mendorong masyarakat untuk selalu melakukan verifikasi kanal komunikasi resmi platform tempat bertransaksi seiring dengan berkembangnya modus tipu-tipu online.
"Sehingga, dapat melakukan komunikasi dengan cepat dan tepat di kala ada indikasi tipu-tipu yang mengatasnamakan platform," ujarnya.
Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kemenkominfo RI Septriana Tangkary turut mendukung adanya 'Gerakan Hindari Tipu-tipu' dengan meluncurkan panduan #IngatVOMO.
"Inisiatif ini tentunya sangat membantu kami dari sisi pemerintah dalam memperluas sosialisasi terkait waspada penipuan online di masyarakat.
Apalagi kini, gaya hidup digital semakin luas diadopsi oleh masyarakat, yang salah satunya dibuktikan dengan penetrasi aktivitas belanja online hingga ke masyarakat akar rumput," ungkap Septriana.
Sama-sama menyampaikan apresiasi terhadap kampanye 'Gerakan Hindari Tipu-tipu' lewat panduan #IngatVOMO, Ketua Tim Insiden Siber Sektor Keuangan, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Sandromedo Christa Nugroho menyampaikan bahwa perkembangan transformasi digital dalam kehidupan konsumen seyogyanya harus diiringi dengan awareness untuk menjaga data dan informasi pribadi.
Hal ini dikarenakan para penjahat dunia maya memiliki teknik dan metode serangan yang sangat beragam untuk menembus sistem keamanan dan/atau melakukan serangan social engineering untuk mencuri data dan informasi milik pengguna.
"Semoga kampanye 'Gerakan Hindari Tipu-tipu' dan panduan belanja online #IngatVOMO dapat dilaksanakan secara berkelanjutan, sehingga dapat membantu pemerintah untuk mengurangi angka kasus penipuan online di Indonesia," harap Sandromedo.
Melanjutkan kedua optimisme di atas, Arshy Adini selaku Executive Director idEA menerangkan bahwa industri digital yang dinamis memang terus membutuhkan inovasi untuk mendorong perkembangannya.
"Saat ini, salah satu tantangan industri yang harus dibenahi segera adalah berkembangnya promosi fiktif dan penipuan online," sebut Arshy.
"Eksperimen sosial yang dilakukan industri berkolaborasi dengan pelaku e-commerce serta pemerintah diharapkan akan mampu menjadi edukasi konsumen yang mumpuni.
Mencerdaskan konsumen menjadi salah satu bentuk tanggung jawab industri dan mendorong percepatan potensi ekonomi digital dan demand transaksi pada masyarakat indonesia," tutupnya.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai #IngatVOMO dapat langsung mengakses tautan berikut.
Baca Juga: Miris! Foto Lelaki Tampan ini Dimanfaatkan Para Penipu untuk Poroti Wanita
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR