Nakita.id - Sebagai sosok yang memiliki peran sentral dalam perkembangan anak, peran orangtua sangatlah penting.
Namun, tidak semua orangtua mampu memberikan pengasuhan yang positif dan mendukung pertumbuhan anak.
Beberapa orangtua bisa dikategorikan sebagai 'toxic' atau beracun dalam hubungan dengan anak-anak mereka.
Artikel ini akan membahas ciri-ciri orangtua toxic dan memberikan saran tentang cara memperbaiki hubungan tersebut.
Orangtua yang bersifat toxic cenderung mengontrol setiap aspek kehidupan anak, tanpa memberikan ruang untuk berkembang dan mandiri.
Mereka mungkin tidak mempercayai kemampuan anak untuk membuat keputusan sendiri.
Orangtua toxic seringkali lebih fokus pada kekurangan daripada kelebihan anak.
Kritik yang konstan dan berlebihan dapat merusak harga diri anak, menghambat perkembangan positifnya.
Orangtua yang tidak adil dan membedakan perlakuan antara anak-anaknya dapat menciptakan lingkungan yang tidak sehat.
Hal ini dapat menyebabkan persaingan di antara saudara, dan memicu perasaan cemburu dan tidak adil.
Orangtua toxic mungkin tidak peka terhadap perasaan anak.
Mereka tidak bersedia mendengarkan atau memahami perspektif anak, sehingga anak merasa diabaikan dan tidak dihargai.
Baca Juga: Berikut Tanda Anak Punya Pertemanan Toxic, Apa yang Perlu Diketahui Orangtua?
Orangtua yang tidak dapat mengendalikan emosinya sendiri seringkali menciptakan ketidakstabilan emosional dalam rumah tangga.
Hal ini dapat memengaruhi suasana hati anak dan memicu stres yang berlebihan.
Orangtua dan anak perlu melakukan introspeksi untuk memahami peran masing-masing dalam hubungan yang toxic.
Kenali pola perilaku yang dapat merusak hubungan dan buka diri untuk perubahan.
Bicarakan perasaan, harapan, dan kekhawatiran masing-masing secara terbuka.
Dengarkan dengan penuh perhatian tanpa menghakimi, dan hindari tanggapan defensif.
Tentukan batasan yang sehat untuk melindungi diri dan mencegah konflik.
Jelaskan dengan jelas apa yang dapat diterima dan apa yang tidak.
Jika terdapat kesalahan atau luka, minta maaf dengan tulus.
Berikan maaf dan belajar untuk melanjutkan, tanpa terus membawa masa lalu dalam setiap interaksi.
Jika hubungan tetap sulit, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari ahli psikologi atau konselor keluarga.
Baca Juga: Kebiasaan Toxic Orangtua ke Anak yang Tidak Boleh Diulangi, Bisa Bikin Trauma Si Kecil!
Proses terapi dapat membantu dalam memahami dan mengatasi masalah yang mendasari hubungan toxic.
Pelajari bersama mengenai cara membangun hubungan yang sehat melalui buku, seminar, atau sumber informasi lainnya.
Pemahaman bersama akan membantu dalam menciptakan persepsi yang lebih positif.
Terima kenyataan bahwa orangtua dan anak mungkin memiliki nilai, keyakinan, atau pandangan yang berbeda.
Hargai perbedaan tersebut tanpa menghakimi atau mencoba mengubah satu sama lain.
Melibatkan anggota keluarga lainnya dapat memberikan perspektif tambahan dan dukungan.
Diskusikan bersama untuk menciptakan lingkungan keluarga yang lebih sehat.
Perbaikan tidak selalu terjadi dalam semalam. Berikan waktu dan kesabaran untuk perubahan bertahap.
Fokus pada progres positif dan hindari membebani diri dengan ekspektasi yang tidak realistis.
Jaga kesehatan mental dengan menjaga kestabilan emosional dan mengambil tindakan yang positif untuk diri sendiri. Terapkan strategi koping yang sehat untuk mengatasi stres.
Sebagian isi artikel ini ditulis menggunakan teknologi kecerdasan buatan.
Baca Juga: Ketika Mertua Menjadi Toksik, Ciri-ciri yang Membedakan Hubungan Keluarga yang Sehat
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Kirana Riyantika |
KOMENTAR