Diagnosis TB ekstraparu diketahui dengan mengambil spesimen dari bagian tubuh yang sakit untuk pemeriksaan mikrobiologi dan histologi.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan satu spesimen dengan biakan/mikroskopis/tes molekuler/histologi atau bukti klinis kuat yang konsisten dengan TB ekstraparu.
Pemeriksaan lain yang direkomendasikan untuk diagnosis limfadenitis TB termasuk pencitraan dan bakteriologis.
Untuk terapi pengobatan TB kelenjar dilakukan dengan cara pemberian obat anti tuberkulosis (OAT).
Apabila tidak terdapat kecurigaan resistensi, maka pasien diberikan regimen sensitif obat rifampisin-isoniazid-pirazinamid-etambutol selama fase intensif pengobatan (2 bulan).
Sementara, untuk fase lanjutan pengobatan rifampisin-isoniazid dilakukan selama 4-10 bulan tergantung kondisi klinis pasien.
Pengawas menelan obat (PMO) akan mengedukasi pasien, memastikan kepatuhan berobat, ketepatan obat dan dosis, serta memberikan dukungan selama proses pengobatan.
Pasien juga dipantau rutin berat badannya dan kondisi limfadenopatinya untuk menentukan respons pengobatan.
Untuk mencegah anak terserang limfadenitis TB, anak diwajibkan mendapatkan vaksinasi BCG.
Vaksin ini sudah bisa didapatkan mulai usia 1 bulan, dan pengobatan pencegahan diberikan bagi kelompok berisiko tinggi.
Termasuk, balita, lansia, ibu hamil, neonatus dengan ibu TB, pasien imunokompromais, penderita diabetes melitus, pengguna narkoba suntik, dan orang yang tinggal di asrama. Semoga bermanfaat.
Baca Juga: Penyebab TB Kelenjar pada Bayi Beserta Cara Mengobatinya, Catat Moms
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Kirana Riyantika |
KOMENTAR