Nakita.id - TB kelenjar, atau limfadenitis TB, adalah peradangan yang terjadi pada kelenjar getah bening.
TB kelenjar ini dapat dialami oleh semua usia, termasuk kalangan anak-anak mulai usia 10 tahun, dan lebih sering terjadi pada perempuan.
TB kelenjar sendiri merupakan manifestasi TB ekstraparu tersering, yakni 15-20 persen pada pasien TB non HIV dan 53-62 persen pada pasien TB ko-infeksi dengan HIV.
Lantas, apa yang menyebabkan peradangan ini? Simak penjelasan selengkapnya seperti dilansir dari laman Rumah Sakit Universitas Indonesia.
Umumnya, TB kelenjar disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Namun dalam kasus langka, penyakit ini juga disebabkan oleh M. bovis dan M. africanum.
Lokasinya paling sering terjadi di daerah sekitar leher, mediastinum, subcarinal, peritoneum, aksila, inguinal, dan intramamaria.
Keluhan yang paling sering dialami adalah benjolan kronik pada yang tidak nyeri dan lambat membesar.
Kemudian, dapat disertai juga dengan gejala lain seperti demam, penurunan berat badan, hingga lemas.
Untuk diagnosis biasanya dilakukan dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pendekatan diagnosis dan konfirmasi utama TB kelenjar adalah melalui pemeriksaan histopatologi.
Baca Juga: Apakah TB Kelenjar pada Bayi Menular dan Berbahaya? Cek Kebenarannya
Diagnosis TB ekstraparu diketahui dengan mengambil spesimen dari bagian tubuh yang sakit untuk pemeriksaan mikrobiologi dan histologi.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan satu spesimen dengan biakan/mikroskopis/tes molekuler/histologi atau bukti klinis kuat yang konsisten dengan TB ekstraparu.
Pemeriksaan lain yang direkomendasikan untuk diagnosis limfadenitis TB termasuk pencitraan dan bakteriologis.
Untuk terapi pengobatan TB kelenjar dilakukan dengan cara pemberian obat anti tuberkulosis (OAT).
Apabila tidak terdapat kecurigaan resistensi, maka pasien diberikan regimen sensitif obat rifampisin-isoniazid-pirazinamid-etambutol selama fase intensif pengobatan (2 bulan).
Sementara, untuk fase lanjutan pengobatan rifampisin-isoniazid dilakukan selama 4-10 bulan tergantung kondisi klinis pasien.
Pengawas menelan obat (PMO) akan mengedukasi pasien, memastikan kepatuhan berobat, ketepatan obat dan dosis, serta memberikan dukungan selama proses pengobatan.
Pasien juga dipantau rutin berat badannya dan kondisi limfadenopatinya untuk menentukan respons pengobatan.
Untuk mencegah anak terserang limfadenitis TB, anak diwajibkan mendapatkan vaksinasi BCG.
Vaksin ini sudah bisa didapatkan mulai usia 1 bulan, dan pengobatan pencegahan diberikan bagi kelompok berisiko tinggi.
Termasuk, balita, lansia, ibu hamil, neonatus dengan ibu TB, pasien imunokompromais, penderita diabetes melitus, pengguna narkoba suntik, dan orang yang tinggal di asrama. Semoga bermanfaat.
Baca Juga: Penyebab TB Kelenjar pada Bayi Beserta Cara Mengobatinya, Catat Moms
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Kirana Riyantika |
KOMENTAR