Nakita.id - Berikut rangkuman PAI Kelas XI pada Kurikulum Merdeka dengan materi menutup aib orang.
Penjelasan selengkapnya mengenai menutup aib orang akan diulas dalam artikel ini.
Yuk, disimak!
Aib adalah cela, cacat, nista, noda, perilaku hina, atau ada juga bermakna kiasan, yaitu: arang di muka.
Biasanya digunakan dalam kalimat, bagaikan menaruh arang di muka.
Melalui kalimat itu, yang bersangkutan sudah dibuka aibnya, sehingga sangat malunya, hancur lebur martabat dan nama baiknya, seakan-akan sudah runtuh hidupnya, disebabkan aibnya dibuka atau tersebar.
Begitu beratnya keburukan akibat aib yang dibuka, maka siapa pun kita, jika mengetahui aib.
Maka hendaklah kita menutupi dan menyimpan rapatrapat aib tersebut, jangan sampai malah disebar ke khalayak ramai.
Kenapa bisa begitu? Jawabannya jika kita sendiri mempunyai aib, inginnya aib itu disimpan rapat-rapat dan enggan jika aib itu tersiar.
Tidak ada satu pun manusia yang ingin aib dibuka. Aib adalah keburukan yang bersifat rahasia.
Disebabkan sifatnya yang rahasia, biasanya hanya diketahui oleh yang bersangkutan, atau beberapa orang tertentu.
Baca Juga: Memelihara Lisan, Rangkuman Materi PAI Kelas XI Kurikulum Merdeka
Mayoritas orang, bahkan bisa dikatakan ‘orang gila’, ingin aibnya terus tersembunyi, tidak ada yang ingin aibnya terbuka atau disiarkan pihak lain.
Setiap manusia, tampil dengan kelebihan dan kekurangan. Itu sifat dasar yang dimiliki setiap orang.
Hal terbaik yang dapat dilakukan seseorang, sepanjang hidupnya adalah terus menemukan kelebihan, dan di saat yang bersamaan mampu mengurangi kekurangan dirinya.
Di antara kekurangan itu, muncul aib-aib yang harus ditutupi, dikarenakan pelbagai macam sebab dan alasan.
Jika ditinjau dari sifatnya, maka aib dibagi menjadi 2, yakni:
Aib yang nampak dan dapat diketahui secara lahir, jika diperhatikan betul.
Misalnya cacat pada barang-barang perdagangan, contohnya buah-buahan yang busuk, atau mebeler yang kelihatan cacatnya.
Aib yang tidak nampak, karena disembunyikan. Tidak terlihat, meski sudah diperhatikan betul-betul.
Ambil contoh, beras yang sudah dicampur antara beras premium, super, dengan golongan yang biasa.
Atau kacang-kacangan yang bagus atasnya, sementara yang bawah kondisinya kurang baik.
Semuanya tidak kelihatan, jika tidak diurai atau dibuka semuanya.
Baca Juga: Mensyukuri Nikmat, Rangkuman Materi PAI Kelas XI Kurikulum Merdeka
Kedua macam aib ini, dapat disematkan kepada manusia, meski yang banyak dibicarakan adalah aib yang masuk kelompok kedua.
Kedua aib inilah yang ingin disembunyikan dan ditutupi, jangan sampai tersiar ke khalayak ramai, karena menimbulkan malu, bahkan bisa menyebabkan minder.
Aib bukan saja membawa madharat (bahaya) kepada yang bersangkutan, tetapi juga pihak lain, termasuk masyarakat luas.
Kisah Nabi Musa a.s. dengan umatnya dapat dijadikan ibrah (pelajaran).
Secara umum, kisahnya sebagai berikut: Terjadi kemarau panjang, lalu Sang Nabi mengajak umatnya untuk Shalat Istisqa’. Anehnya setelah dilakukan, ternyata hujan tidak turun-turun.
Akhirnya Shalat Istisqa’ dilakukan berkalikali, namun tidak kunjung turun hujan juga.
Lalu Nabi Musa a.s mengadu kepada Allah Swt. kenapa tidak turun hujan?
Dijawab oleh Allah Swt., hal itu disebabkan ada di antara umatmu yang suka berbuat dosa dan maksiat.
Syarat hujan akan turun, jika peserta itu, harus keluar.
Nabi Musa a.s menyampaikan pidato di depan umatnya tentang hal itu.
Namun, jamaah yang merasa dialah orangnya, malu jika keluar dari jamaah.
Baca Juga: Rangkuman Materi PAI Kelas XI Kurikulum Merdeka Pengertian Janji hingga Balasan Janji
Takut dipermalukan banyak orang, disebabkan aib yang dimiliki.
Akhirnya orang tersebut, tidak mau keluar, tetapi bertaubat dengan sungguh-sungguh kepada Allah Swt. lalu diterima tobatnya, lalu tidak lama kemudian turunlah hujan.
Baca Juga: Lengkap! Kunci Jawaban Halaman 27-80 PAI Kelas XI Kurikulum Merdeka
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR