Nakita.id – Mata pelajaran IPA kelas X SMA Kurikulum Merdeka edisi revisi masih berada di bab 7 mengenai potensi geotermal Indonesia.
Pada artikel Kurikulum Merdeka sebelumnya, subbab yang kita bahas yaitu gejala-gejala perubahan iklim.
Kini, kita akan lanjut pada gejala berikutnya, yakni dampak perubahan iklim.
Berikut ini penjelasan selengkapnya.
Banyak sekali efek perubahan iklim terhadap lingkungan sekitar. Perubahan iklim memunculkan cuaca yang ekstrem.
Seperti yang telah dijelaskan pada bahasan perubahan pola cuaca ekstrem, peristiwa El Nino menyebabkan kekeringan pada beberapa wilayah di Indonesia.
Dalam buku IPA kelas X SMA Kurikulum Merdeka edisi revisi, kekeringan yang berkepanjangan akan memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut, berkurangnya ketersediaan air bersih bagi masyarakat, dan mudah tersebarnya berbagai penyakit.
Peristiwa kebakaran hutan dan lahan gambut terjadi di Palangkaraya, Ketapang, dan wilayah lain. Peristiwa kebakaran hutan dan lahan gambut menghasilkan polusi udara berupa asap.
Asap dapat meningkatkan risiko ISPA pada masyarakat di sekitar lokasi kebakaran.
Pada sektor pertanian, peristiwa El Nino dapat menyebabkan kerugian ekonomi terutama sektor pertanian, misalnya perubahan pola periode musim.
Kekeringan yang berkepanjangan dapat menyebabkan suplai air yang terbatas sehingga petani akan kesulitan bercocok tanam.
Baca Juga: Perubahan Pola Cuaca Ekstrem, Bab 7 IPA Kelas X SMA Kurikulum Merdeka Edisi Revisi
Suhu yang tinggi juga dapat merusak tanaman akibat dehidrasi dan kekeringan.
Kebalikannya, peristiwa La Nina menyebabkan peningkatan curah hujan dan badai yang destruktif sehingga berpotensi terjadinya bencana hidrometeorologi.
Hujan yang berkepanjangan dengan kuantitas air yang tinggi menyebabkan daratan tidak mampu menyerap kelebihan air dan menimbulkan banjir.
Bencana alam seperti ini akan memicu kerusakan infrastruktur, pemukiman penduduk, dan hilang atau rusaknya harta benda.
Selain itu, banjir dapat meningkatkan risiko tertularnya penyakit pada manusia, seperti diare, hepatitis A, kolera, disentri, berbagai penyakit kulit, dan cacingan.
Pada sektor pertanian, peristiwa El Nino menyebabkan rusaknya tanaman akibat busuk dan terendam oleh air.
Kondisi ini diperparah dengan meningkatnya hama yang menyerang tanaman pertanian.
Ketika curah hujan tinggi melanda beberapa hama dapat berkembang biak dengan cepat, seperti siput. Hal-hal tersebut tentunya akan memengaruhi produktivitas tanaman.
Tanaman tidak tumbuh dengan optimal yang berdampak pada hasil produksi pertanian.
Menurunnya hasil produksi pertanian, selain memunculkan kelangkaan pangan, juga akan memengaruhi harga pasar dan berdampak pada perekonomian.
Selain musibah dan bencana akibat cuaca ekstrem, perubahan iklim juga menyebabkan pada perubahan ekosistem dan kerugian keanekaragaman hayati.
Ekosistem laut merupakan ekosistem yang paling sensitif terhadap peningkatan suhu. Pemanasan ini terjadi hingga kedalaman 700 meter dari permukaan laut.
Berdasarkan pembagian zona lautan, wilayah kedalaman tersebut merupakan wilayah yang paling tinggi keanekaragaman hayatinya.
Suhu perairan berpengaruh pada karang. Meningkatnya suhu perairan menyebabkan karang mengalami pemutihan (bleaching), sehingga karang sulit tumbuh dan rentan penyakit, bahkan berujung pada kematian massal.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa karang merupakan habitat berbagai biota laut. Ketika karang mengalami kerusakan berarti kehidupan biota laut lainnya menjadi terancam.
Beberapa spesies memiliki siklus hidup dan proses reproduksi yang dipengaruhi oleh suhu, contohnya udang krill. Udang ini bereproduksi dalam jumlah yang sedikit jika suhu perairan meningkat.
Begitu pula penyu, jenis kelamin anakan penyu dipengaruhi suhu. Jika suhu perairan hangat maka anakan penyu dominan betina, sedangkan jika perairan dingin maka anakan penyu dominan jantan.
Dengan demikian, peningkatan suhu dapat memengaruhi populasi organisme laut dan bahkan dapat menyebabkan kepunahan. Selain itu, peningkatan suhu berpengaruh pada penyebaran spesies dan penyakit laut.
Pada wilayah tertentu, bakteri akan meningkat jumlahnya sehingga mengurangi kadar oksigen di wilayah tersebut. Hal ini mengakibatkan organisme lainnya bermigrasi ke tempat lainnya dan bisa berujung pada kematian.
Selain ekosistem laut, ekosistem di daratan juga terancam. Perubahan kondisi gletser es di kutub dapat memengaruhi keberlangsungan hidup makhluk hidup yang hidup di daerah tersebut.
Makhluk hidup selalu berusaha melakukan adaptasi terhadap perubahan kondisi habitatnya. Akan tetapi, tidak semua makhluk hidup dapat melakukan adaptasi terhadap perubahan kondisi habitatnya.
Salah satu hewan yang tinggal di daerah kutub dan terdampak perubahan kondisi gletser es adalah beruang kutub. Beruang kutub terpaksa mencari makanan di daratan akibat es di atas lautan banyak yang telah mencair.
Berkurangnya wilayah tempat berburu beruang kutub tentunya mempersempit peluang beruang kutub bertahan hidup. Jika hal ini terus terjadi secara terusmenerus maka beruang kutub bisa mengalami kepunahan.
Salju yang menutupi permukaan tanah berperan sebagai isolator, sehingga tanah tetap hangat dan nutrisi dapat diserap oleh tanaman. Di sisi lain, pada daerah yang perubahan musim kemaraunya panjang, mengakibatkan intensitas kebakaran hutan meningkat.
Banyak tumbuhan mengalami kekeringan akibat kekurangan air akan berdampak pada penurunan populasi tumbuhan, bahkan punahnya beberapa spesies tanaman.
Perubahan iklim dapat meningkatkan kasus terjangkitnya penyakit pada manusia, terutama penyakit-penyakit yang dibawa oleh vektor. Vektor penyakit seperti nyamuk mengalami perubahan waktu siklus hidup.
Serangga sangat sensitif terhadap perubahan suhu. Siklus hidupnya menjadi pendek dan dapat mengubah distribusinya. Hal inilah yang menyebabkan peningkatan kasus penyakit demam berdarah dan malaria dan terjadi pergeseran distribusi penyakitnya.
Sistem imun manusia dapat menurun akibat perubahan iklim. Perubahan suhu yang drastis dari dingin ke panas atau sebaliknya menyebabkan manusia mudah terserang penyakit.
Selain itu, panas yang berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi yang akan menyebabkan lemah sistem imun. Lemahnya sistem imun tentu akan mempermudah manusia terserang penyakit.
Perilaku manusia yang berubah akibat perubahan iklim juga dapat meningkatkan risiko terserang penyakit, seperti ISPA. Akibat suhu yang panas, manusia lebih cenderung memilih tinggal di dalam ruangan dengan menggunakan pendingin ruangan.
Hal ini menyebabkan tingginya kebutuhan listrik dan tentunya akan meningkatkan penggunaan bahan bakar fosil yang berujung pada polusi udara.
Nah, itu dia penjelasan mengenai dampak perubahan iklim, bab 7 IPA kelas X SMA Kurikulum Merdeka edisi revisi. Semoga bermanfaat! (*)
Baca Juga: Mengenal Perubahan Iklim dan Gejalanya, Materi Bab 8 IPA Kelas X SMA Kurikulum Merdeka Edisi Revisi
Melebarkan Sayap Hingga Mancanegara, Natasha Rizky Gelar Exhibition Perdana di Jepang
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR