Nakita.id - Hari Bidan Sedunia dirayakan setiap tanggal 5 Mei.
Melalui peringatan Hari Bidan Sedunia, kita diajak untuk menghormati pekerjaan bidan juga meningkatkan kesadaran tentang pentingnya profesi bidan dalam memberikan bantuan atas kelahiran seorang bayi dan keselamatan ibunya.
Apalagi di tengah perubahan iklim sekarang, bidan menjadi garda terdepan untuk kebutuhan maternal maupun neonatal.
Mengutip laman resmi United Nations Population Funds (UNFPA), riset menunjukkan bahwa suhu panas yang ekstrem dapat menimbulkan komplikasi kehamilan.
Bahkan, dapat menyebabkan kesehatan ibu hamil semakin memburuk, termasuk kelahiran prematur dan keguguran.
Untuk itulah, tema Hari Bidan Sedunia tahun 2024 adalah "Peran Bidan di Perubahan Iklim".
Meski begitu, pekerjaan bidan tidak bisa dilakukan sendirian dan tentu membutuhkan peran dari berbagai stakeholder.
Salah satunya adalah UNFPA, sebuah lembaga di bawah otoritas Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang bergerak di bidang kesehatan seksual dan reproduksi.
Salah satu dampak dari perubahan iklim adalah terjadinya bencana alam.
Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah bencana alam yang banyak, dikarenakan lokasinya di jalur Cincin Api Pasifik, pertemuan tiga lempeng tektonik dunia.
Selain itu, Indonesia juga memiliki setidaknya 127 gunung berapi yang aktif.
Ditambah, iklim Indonesia yang tropis dan sejajar dengan garis khatulistiwa.
Bahkan, memiliki curah hujan yang tinggi yakni 1.000 hingga 4.000 per tahunnya.
Bencana alam yang sering terjadi di Indonesia ini membuat perempuan dan anak menjadi kelompok yang paling rentan mengalami kematian, pernikahan usia dini, hingga kekerasan seksual.
Ini akan merusak akses terhadap keluarga berencana, persalinan yang aman, dan beberapa layanan mendesak lainnya.
Apalagi, ibu dan anak sangat bergantung sekali pada ketenagakerjaan bidan.
Untuk itulah, UNFPA turut serta dalam membantu menyiapkan bidan di tengah terjadinya bencana alam di suatu wilayah dengan mengadakan program pelatihan.
"Sejak tsunami Aceh (tahun 2004), kami belajar banyak bahwa peran bidan itu penting sekali sebagai garda terdepan," ungkap Elisabeth Adelina Sidabutar saat diwawancarai eksklusif oleh Nakita, Kamis (2/5/2024).
"Melalui berbagai proses, di tahun 2015, kami sudah bikin kurikulum bahan ajar untuk bidan saat bencana terjadi," katanya melanjutnya.
Mulai dari 1x24 jam harus melakukan apa, 2x24 jam harus apa, sampai di tiga bulan pertama.
Perempuan yang juga akrab disapa Ibet ini menyampaikan, para bidan ini sudah dilatih sejak tahun 2015 silam dan sudah dilakukan diseminasi ke beberapa tenaga bidan senior.
Baca Juga: Ciptakan Keluarga Sehat Anak Berprestasi, Simpan Daftar Kontak Bidan Persalinan 24 Jam di Tangerang
"Kemudian juga, sudah melakukan diseminasi ke lapangan dengan melakukan pelatihan-pelatihan di banyak regional," tambah Ibet yang saat ini menjabat sebagai Humanitarian Programme Analyst, UNFPA Indonesia.
Ibet menjelaskan, para bidan ini akan dilatih bagaimana langkah yang harus diambil saat ada bencana terjadi.
Salah satunya adalah dengan melakukan upaya minimal dengan menghadirkan paket pelayanan awal minimum kesehatan reproduksi.
"Jadi, bidan sudah sangat paham apa yang kritis untuk penyelamatan ibu dan anak," tutupnya.
Dengan disiapkannya para bidan untuk menghadapi bencana alam lagi kedepannya, diharapkan mereka bisa siap untuk mengikuti langkah-langkah seperti yang sudah diajarkan saat pelatihan.
Sehingga, keselamatan ibu dan anak tetap aman juga terjamin.
Terutama, bagi ibu hamil, ibu menyusui, maupun bayi yang terdampak dalam bencana alam.
Semoga penjelasan di atas bermanfaat.
Baca Juga: BERITA POPULER: Rekomendasi Mesin Cuci 1 Tabung hingga Kisaran Biaya Kuret di Bidan dan Rumah Sakit
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR