Ketidakseimbangan neurotransmiter tertentu bisa menyebabkan aktivitas listrik yang tidak normal di otak, yang memicu kejang.
Infeksi otak atau demam tinggi pada bayi bisa memicu kejang, termasuk kejang absans.
Meningitis dan ensefalitis adalah contoh infeksi serius yang dapat menyebabkan kejang.
Kelainan metabolik seperti hipoglikemia (kadar gula darah rendah) atau hipokalsemia (kadar kalsium darah rendah) dapat memicu kejang pada bayi.
Cedera otak akibat trauma, stroke, atau kurangnya oksigen saat lahir (asfiksia perinatal) bisa meningkatkan risiko kejang absans.
Gejala kejang absans bisa sangat halus dan sulit dikenali, terutama pada bayi. Beberapa tanda yang bisa diamati meliputi:
Bayi tampak "kosong" atau tidak merespons selama beberapa detik.
Mata bayi mungkin terlihat menatap ke satu arah atau berkedip cepat.
Bisa ada gerakan tangan, bibir bergetar, atau gerakan mengunyah yang tidak biasa.
Bayi mungkin tidak merespons suara atau sentuhan selama kejang.
Setelah kejang selesai, bayi biasanya kembali beraktivitas seperti biasa tanpa ingatan tentang kejadian tersebut.
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR