Nakita.id - Stunting adalah kondisi di mana pertumbuhan anak terganggu sehingga tinggi badannya lebih pendek dibandingkan anak seusianya.
Ini bukan hanya masalah fisik, tetapi juga dapat berdampak pada perkembangan kognitif dan kesehatan anak secara keseluruhan.
Di Indonesia, stunting masih menjadi masalah kesehatan yang signifikan, dan salah satu faktor yang sering diabaikan adalah jarak kehamilan yang terlalu dekat.
Stunting terjadi akibat kurangnya asupan gizi yang memadai dalam waktu yang lama, terutama selama periode kritis 1.000 hari pertama kehidupan, yang mencakup masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun.
Anak yang mengalami stunting tidak hanya mengalami hambatan pertumbuhan fisik, tetapi juga berisiko mengalami gangguan perkembangan otak, yang dapat memengaruhi kemampuan belajar dan produktivitasnya di masa depan.
Jarak antara kehamilan sangat penting untuk kesehatan ibu dan anak.
Idealnya, jarak kehamilan yang sehat adalah sekitar 24 hingga 36 bulan.
Jika jarak antara kehamilan terlalu dekat, kurang dari 18 bulan, hal ini dapat meningkatkan risiko stunting pada anak berikutnya.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa jarak kehamilan yang dekat dapat memicu stunting.
Kebutuhan Nutrisi: Setelah melahirkan, tubuh ibu memerlukan waktu untuk pulih dan mengembalikan cadangan nutrisinya.
Jika kehamilan terjadi terlalu cepat setelah kelahiran anak sebelumnya, tubuh ibu mungkin belum sepenuhnya pulih dan siap untuk mendukung kehamilan berikutnya.
Baca Juga: Bagaimana Pengaruh Stunting pada Tumbuh Kembang Anak Masa Sekolah?
Ibu Hamil Tidak Boleh Duduk Terlalu Lama, Ini Risiko dan Solusi untuk Kehamilan Sehat
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR