Ini dapat menyebabkan kekurangan gizi pada ibu, yang pada gilirannya dapat memengaruhi perkembangan janin.
Kondisi Fisik: Ibu yang tidak memiliki waktu cukup untuk pemulihan mungkin mengalami kelelahan dan stres yang lebih tinggi, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan janin dan bayi yang dilahirkan.
Menyusui: Jika seorang ibu hamil kembali ketika masih menyusui anak sebelumnya, maka ada persaingan nutrisi antara janin dan anak yang masih menyusui.
Ini dapat mengurangi kualitas dan kuantitas ASI, yang penting bagi perkembangan anak, dan dapat menyebabkan kekurangan gizi yang meningkatkan risiko stunting.
Asupan Gizi: Selama kehamilan, janin membutuhkan asupan nutrisi yang cukup untuk tumbuh dan berkembang.
Jika ibu tidak mendapatkan nutrisi yang cukup, ini dapat memengaruhi perkembangan janin dan meningkatkan risiko stunting setelah kelahiran.
Stres Psikologis: Jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat menambah beban psikologis bagi ibu, yang harus merawat anak kecil sambil menjalani kehamilan baru.
Stres ini dapat memengaruhi kesehatan ibu dan janin, serta kualitas asuhan yang diberikan kepada anak.
Beban Fisik: Mengurus bayi yang masih kecil sambil menjalani kehamilan berikutnya dapat menyebabkan kelelahan fisik yang berlebihan.
Kondisi ini dapat memengaruhi pola makan dan asupan nutrisi ibu, yang pada gilirannya dapat berdampak pada perkembangan janin dan bayi yang akan dilahirkan.
Stunting tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik anak, tetapi juga pada perkembangan kognitif dan kemampuan belajar mereka.
Baca Juga: Mengapa Angka Stunting di Indonesia Masih Tinggi? Ini Penjelasannya
Ibu Hamil Tidak Boleh Duduk Terlalu Lama, Ini Risiko dan Solusi untuk Kehamilan Sehat
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR