Nakita.id - Stunting adalah kondisi di mana anak memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari standar usianya, yang disebabkan oleh malnutrisi kronis, infeksi berulang, dan faktor lingkungan lainnya pada masa awal pertumbuhan.
Di Indonesia, stunting menjadi masalah kesehatan yang serius karena dampaknya yang berkepanjangan terhadap perkembangan fisik dan kognitif anak.
Namun, ada pertanyaan yang sering muncul: apakah stunting merupakan faktor keturunan?
Dalam artikel ini, kita akan membahas pengaruh genetik terhadap stunting dan faktor-faktor lain yang berperan dalam kondisi ini, mengutip dari berbagai sumberz
Stunting didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai tinggi badan yang berada di bawah dua standar deviasi dari median standar pertumbuhan anak-anak seusianya.
Stunting terjadi akibat kekurangan gizi kronis selama 1.000 hari pertama kehidupan—sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun.
Kondisi ini tidak hanya mempengaruhi tinggi badan anak, tetapi juga dapat mempengaruhi perkembangan otak, kemampuan belajar, dan kesehatan jangka panjang.
Faktor genetik memang berperan dalam menentukan tinggi badan seseorang.
Gen yang diwariskan dari orang tua akan mempengaruhi potensi maksimal pertumbuhan anak.
Namun, apakah stunting secara langsung disebabkan oleh faktor keturunan?
Setiap individu memiliki gen yang mempengaruhi tinggi badan mereka.
Baca Juga: Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk: Memahami Dua Masalah Kesehatan Anak yang Kritis
Orang tua yang pendek cenderung memiliki anak yang juga lebih pendek secara genetik.
Namun, tinggi badan yang rendah karena faktor genetik ini berbeda dengan stunting, yang disebabkan oleh malnutrisi dan faktor lingkungan lainnya.
Penelitian menunjukkan bahwa stunting lebih sering dipengaruhi oleh faktor non-genetik seperti pola makan yang buruk, kurangnya akses ke layanan kesehatan, sanitasi yang buruk, serta infeksi berulang.
Jadi, meskipun genetik bisa menentukan tinggi badan secara umum, stunting biasanya terjadi karena faktor lingkungan yang menghalangi anak mencapai potensi pertumbuhan genetiknya.
Nutrisi yang cukup dan berkualitas selama masa kehamilan dan tahun-tahun awal kehidupan sangat penting untuk memastikan anak tumbuh optimal sesuai dengan potensi genetiknya.
Kekurangan gizi, terutama dalam asupan protein, mikronutrien seperti zat besi, zinc, dan vitamin A, dapat menghambat pertumbuhan anak dan menyebabkan stunting, terlepas dari potensi genetiknya.
Gizi ibu selama kehamilan sangat penting untuk pertumbuhan janin.
Ibu yang mengalami malnutrisi atau anemia selama kehamilan berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, yang dapat meningkatkan risiko stunting.
Asupan makanan yang tidak mencukupi, terutama pada masa setelah penyapihan, adalah faktor utama penyebab stunting.
Anak-anak membutuhkan makanan yang kaya akan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Anak-anak yang sering mengalami infeksi seperti diare atau penyakit pernapasan berisiko lebih tinggi mengalami stunting.
Baca Juga: Mengapa Stunting Tidak Bisa Disembuhkan? Ini Penyebab dan Pencegahan
Infeksi dapat mengganggu penyerapan nutrisi dan meningkatkan kebutuhan kalori, yang memperburuk kondisi malnutrisi.
Lingkungan yang tidak sehat dengan sanitasi yang buruk dapat meningkatkan risiko infeksi dan diare, yang merupakan faktor utama penyebab stunting.
Meskipun genetik berperan dalam menentukan tinggi badan secara umum, stunting lebih sering merupakan hasil dari kondisi lingkungan yang buruk, termasuk malnutrisi dan infeksi yang berulang.
Oleh karena itu, stunting tidak bisa dikatakan sebagai faktor keturunan.
Dengan intervensi yang tepat, seperti peningkatan asupan gizi, perbaikan sanitasi, dan akses ke layanan kesehatan, stunting dapat dicegah, dan anak-anak dapat mencapai potensi pertumbuhan yang sesuai dengan genetik mereka.
Memahami bahwa stunting bukanlah takdir genetik adalah penting, karena ini menekankan pentingnya intervensi dini dalam hal nutrisi dan perawatan kesehatan untuk mencegah stunting dan mendukung pertumbuhan optimal anak-anak.
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR