Manipulasi semacam ini tidak hanya merusak hubungan orangtua dan anak, tetapi juga menciptakan trauma emosional yang mendalam pada anak.
Komunikasi adalah kunci dalam membangun hubungan yang harmonis antara orangtua dan anak. Namun, dalam toxic parenting, komunikasi yang terbuka sering kali tidak ada.
Orangtua mungkin tidak mau mendengarkan pendapat atau perasaan anak dan lebih sering mendikte atau memaksakan kehendak mereka.
Selain itu, mereka mungkin enggan untuk berkompromi atau berdiskusi dengan anak mengenai keputusan penting.
Kurangnya komunikasi yang sehat ini menyebabkan anak merasa diabaikan dan tidak dihargai.
Anak mungkin merasa tidak punya suara dalam keluarga, yang akhirnya memperburuk hubungan dengan orangtua dan menyebabkan jarak emosional yang semakin besar.
Salah satu karakteristik toxic parenting adalah ketidakmampuan orangtua untuk mengakui kesalahan mereka.
Mereka cenderung merasa bahwa mereka selalu benar dan enggan meminta maaf, bahkan ketika mereka jelas-jelas salah.
Ini menciptakan dinamika yang tidak sehat, di mana anak merasa tidak bisa berbicara atau mengungkapkan perasaan mereka karena orangtua tidak akan menerima masukan atau kritik dari anak.
Ketidakmampuan untuk mengakui kesalahan juga mengajarkan anak bahwa meminta maaf atau mengambil tanggung jawab atas kesalahan bukanlah hal yang penting.
Ini bisa berdampak negatif pada perkembangan moral anak dan membuat hubungan orangtua-anak semakin tidak harmonis.
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR