Nakita.id - Ketahui batasan menggunakan media sosial agar mental tetap sehat, salah satunya dengan menghindari postingan pemicu.
Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern.
Dengan berbagai platform seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan TikTok, kita bisa terhubung dengan teman, keluarga, hingga mengikuti berita terkini.
Namun, penggunaan yang berlebihan atau tidak bijak dari media sosial bisa berdampak buruk pada kesehatan mental.
Untuk menjaga keseimbangan, penting mengetahui batas waktu dan jenis konten yang sebaiknya dihindari.
Salah satu kunci agar media sosial tidak merusak kesehatan mental adalah dengan membatasi waktu penggunaannya. Berikut beberapa alasan mengapa ini penting:
- Menghindari Kecanduan
Media sosial dirancang untuk membuat penggunanya terus-menerus menggulirkan layar.
Algoritma platform ini bekerja dengan cara menarik perhatian melalui konten yang disesuaikan dengan minat kita.
Jika tidak dikontrol, kita bisa menghabiskan berjam-jam tanpa sadar, mengabaikan pekerjaan atau kewajiban lainnya.
- Menjaga Produktivitas
Baca Juga: Apa Itu MPox? Kepanjangannya Monkey Pox, Hati-hati Bisa Menular!
Terlalu sering menggunakan media sosial bisa mengganggu fokus dan konsentrasi.
Waktu yang dihabiskan untuk melihat konten-konten yang tidak relevan bisa mengurangi produktivitas.
Sebaiknya atur batas waktu harian, misalnya maksimal 1-2 jam per hari untuk menggunakan media sosial.
- Memperbaiki Kualitas Tidur
Menggunakan ponsel atau tablet sebelum tidur bisa mengganggu pola tidur karena sinar biru yang dipancarkan layar perangkat elektronik.
Ini juga bisa membuat pikiran terus aktif sehingga sulit untuk rileks dan tidur dengan nyenyak.
Agar lebih disiplin, banyak aplikasi yang bisa membantu membatasi penggunaan media sosial.
Sebagai contoh, aplikasi pengelola waktu seperti Screen Time di iPhone atau Digital Wellbeing di Android dapat memantau waktu penggunaan dan memberi notifikasi saat batas harian telah tercapai.
Selain membatasi waktu, penting juga untuk lebih selektif terhadap konten yang dikonsumsi. Ada beberapa jenis postingan yang bisa berdampak negatif pada kesehatan mental, seperti:
a. Postingan yang Memicu Perbandingan Diri
Kebanyakan orang hanya membagikan momen terbaik mereka di media sosial.
Baca Juga: Sedang Ramai di Media Sosial, Siapa Sebenarnya Sosok Marie Antoinette?
Entah itu liburan mewah, pencapaian besar, atau kehidupan yang tampak sempurna.
Namun, jika terus menerus terpapar oleh postingan semacam ini, kita bisa terjebak dalam perbandingan sosial yang tidak sehat.
Ini bisa membuat kita merasa kurang percaya diri atau merasa hidup kita tidak cukup baik.
Cara mengatasinya adalah dengan berhenti mengikuti akun-akun yang membuatmu merasa rendah diri atau stres.
Fokuslah pada konten yang lebih positif dan inspiratif, serta ingatlah bahwa apa yang terlihat di media sosial seringkali hanyalah versi ideal dari kenyataan.
b. Konten yang Menyebarkan Negativitas dan Kebencian
Konten yang mengandung kebencian, hoaks, atau perdebatan yang tidak sehat bisa memicu emosi negatif.
Misalnya, membaca komentar yang saling menghina atau berita palsu bisa meningkatkan kecemasan, kemarahan, dan frustrasi.
Jika sering terpapar konten semacam ini, kesehatan mental bisa terganggu, terutama jika kita ikut terlibat dalam konflik online.
Untuk menghindarinya, gunakan fitur mute atau unfollow terhadap akun-akun yang kerap menyebarkan kebencian atau hoaks.
Selain itu, jangan terlalu sering membaca komentar yang cenderung bersifat negatif, karena bisa merusak mood.
Baca Juga: Jennifer Coppen Difitnah Manfaatkan Kematian Papa Dali, 'Kok Ya Jahat'
c. Postingan yang Mempromosikan Gaya Hidup Tidak Sehat
Media sosial dipenuhi dengan tren gaya hidup yang terkadang tidak sehat, baik secara fisik maupun mental.
Misalnya, promosi diet ekstrem atau pola makan yang tidak seimbang bisa membuat seseorang terobsesi pada penampilan tubuh yang tidak realistis.
Hal ini bisa menyebabkan gangguan makan atau body dysmorphic disorder (BDD), di mana seseorang menjadi sangat tidak puas dengan tubuhnya.
Hindari akun-akun yang mempromosikan standar kecantikan tidak realistis atau diet yang berbahaya.
Sebaliknya, ikuti akun yang mendorong pola hidup sehat dengan pendekatan yang seimbang dan realistis.
d. Konten yang Menyebarkan Ketakutan (Fear-Mongering)
Banyak sekali berita dan konten di media sosial yang berfokus pada ketakutan atau bencana, seperti bencana alam, pandemi, atau konflik politik.
Meskipun penting untuk tetap terinformasi, terlalu banyak mengonsumsi konten yang menyebarkan ketakutan bisa meningkatkan kecemasan dan stres.
Kondisi ini bahkan dikenal sebagai "doomscrolling", di mana seseorang terus-menerus mencari berita buruk yang hanya memperparah kondisi mentalnya.
Cobalah batasi konsumsi berita negatif. Pilih sumber berita yang kredibel dan baca dengan bijak. Jangan biarkan diri terjebak dalam siklus negatif yang membuat kamu cemas setiap saat.
Baca Juga: Viral Anak Laki-laki Dilecehkan Ibunya Sendiri, Ini Bahaya Anak-anak Korban Pelecehan Orang Tuanya
Media sosial sering digunakan untuk berbagi informasi dan momen, tetapi tidak semua interaksi di dalamnya bermakna.
Banyak orang menggunakan media sosial hanya untuk memposting tanpa tujuan atau mendapatkan perhatian. Untuk menjaga kesehatan mental, penting untuk fokus pada interaksi yang berkualitas.
- Terlibat dalam Diskusi yang Positif
Jika menggunakan media sosial untuk berinteraksi dengan orang lain, cobalah terlibat dalam diskusi yang bermanfaat dan menginspirasi. Hindari perdebatan yang tidak sehat atau komentar yang hanya memicu pertengkaran.
- Berhubungan dengan Orang Terdekat
Gunakan media sosial untuk memperkuat hubungan dengan teman dan keluarga, bukan sekadar untuk mengikuti tren atau mencari pengakuan dari orang asing.
Interaksi yang bermakna dengan orang-orang yang dekat dengan kita dapat memberikan dukungan emosional dan meningkatkan rasa kesejahteraan.
Detox media sosial adalah cara efektif untuk memulihkan kesehatan mental.
Dengan menjauh sejenak dari media sosial, kita bisa lebih fokus pada hal-hal yang penting dalam kehidupan nyata, seperti pekerjaan, hobi, atau hubungan dengan keluarga.
Detox bisa dilakukan dengan berhenti sementara atau menghapus aplikasi media sosial dari ponsel selama beberapa hari atau minggu.
Detox ini tidak hanya membantu mengurangi kecemasan, tetapi juga memberi kesempatan untuk merenungkan bagaimana kita menggunakan media sosial.
Baca Juga: Aurel Bela Anang Hermansyah yang Dihujat Usai Podcast dengan Ghea
Setelah melakukan detox, kita bisa kembali dengan pola penggunaan yang lebih sehat dan terkontrol.
Media sosial bisa menjadi sarana yang bermanfaat jika digunakan dengan bijak.
Namun, tanpa batasan yang jelas, penggunaannya bisa berdampak buruk pada kesehatan mental.
Batasi waktu penggunaan, hindari konten negatif, dan fokus pada interaksi yang bermakna.
Dengan langkah-langkah ini, kamu bisa menjaga keseimbangan antara dunia maya dan kehidupan nyata, serta tetap menjaga kesehatan mentalmu.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR