Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi protein yang berlebihan dapat meningkatkan ekskresi kalsium melalui urin.
Kalsium adalah mineral penting yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tulang, dan kehilangan kalsium yang berlebihan dapat berkontribusi pada peningkatan risiko osteoporosis (pengeroposan tulang).
Lansia yang sudah berisiko tinggi terhadap osteoporosis, terutama perempuan pascamenopause, harus berhati-hati dalam mengatur asupan protein dan memastikan mereka mendapatkan cukup kalsium dan vitamin D.
Asupan protein yang tinggi juga dapat menyebabkan gangguan pencernaan pada lansia, seperti sembelit, perut kembung, atau rasa tidak nyaman di perut.
Protein, terutama dalam bentuk makanan hewani seperti daging, ikan, atau telur, memerlukan proses pencernaan yang lebih lama dan lebih intensif.
Jika sistem pencernaan lansia tidak dapat mengolahnya dengan baik, mereka mungkin merasa tidak nyaman atau kesulitan buang air besar.
Selain itu, konsumsi protein yang tinggi dapat meningkatkan kebutuhan tubuh akan cairan.
Tanpa asupan cairan yang cukup, lansia bisa mengalami dehidrasi, yang pada gilirannya dapat memperburuk fungsi ginjal dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan lainnya.
Beberapa lansia mungkin cenderung mengonsumsi protein dalam jumlah berlebihan sebagai bagian dari upaya untuk menjaga massa otot atau mengurangi berat badan.
Namun, konsumsi protein yang berlebihan, terutama dalam bentuk makanan tinggi lemak atau kalori, dapat menyebabkan penambahan berat badan.
Kegemukan dapat meningkatkan risiko penyakit metabolik, seperti diabetes tipe 2, hipertensi, dan penyakit jantung, yang lebih sering dialami oleh lansia.
Baca Juga: Kuncinya Sabar, Ini Cara Menghilangkan Lemak di Lengan Secara Alami
BERITA POPULER: Cara Daftar PKH yang Cair November 2024 hingga Alasan Andre Taulany Gugat Cerai Istri
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR