Ketika salah satu pihak menutup diri dan enggan untuk berkomunikasi, pihak lainnya sering kali merasa frustrasi dan terjebak dalam situasi yang tidak jelas.
2. Merusak Kepercayaan dan Kedekatan Emosional
Hubungan yang sehat dibangun dari rasa saling percaya dan kedekatan emosional. Namun, silent treatment secara perlahan dapat mengikis kedua hal ini.
Korban mungkin mulai merasa bahwa pasangannya tidak peduli dengan perasaannya atau tidak menghargai usahanya untuk memperbaiki hubungan.
Pada akhirnya, ini dapat menimbulkan perasaan terisolasi dan menjauhkan kedua belah pihak secara emosional.
Ketika kepercayaan dan kedekatan terkikis, sulit bagi pasangan untuk saling terbuka atau merasa nyaman satu sama lain.
3. Menimbulkan Stres dan Kecemasan
Silent treatment sering kali meninggalkan korban dalam kebingungan dan ketidakpastian. Mereka mungkin merasa bersalah atau terus berpikir bahwa ada sesuatu yang salah dengan diri mereka.
Ketidakpastian ini dapat menyebabkan stres dan kecemasan, terutama jika korban tidak tahu apa yang menyebabkan pasangan mereka bersikap dingin.
Ketika silent treatment berulang, korban mungkin mengalami penurunan kepercayaan diri dan merasakan tekanan emosional yang signifikan.
4. Memicu Pola Manipulasi dalam Hubungan
Baca Juga: Sifat Asli Paula Verhoeven Terbongkar, Beda dengan Pernyataan Baim?
Silent treatment bisa menjadi bentuk manipulasi yang digunakan oleh satu pihak untuk mengendalikan pihak lain.
Ketika pelaku silent treatment ingin mencapai sesuatu, mereka bisa menggunakan taktik ini agar korban merasa bersalah atau tertekan untuk memenuhi keinginannya.
Pada akhirnya, ini menciptakan dinamika hubungan yang tidak sehat, di mana korban merasa perlu mengalah atau menyerah demi menghindari perlakuan dingin dari pasangannya.
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR