“Bila Ayah terlibat, anak akan lebih banyak kesempatan risk taking, tapi tetap dengan boundaries atau batasan. Anak sekarang itu jarang dapat kesempatan bermain outdoor. Di sinilah peran Ayah yang makin lama makin penting. Bukan yang makin menghilang untuk mengajak anak mengamati lingkungan, apa yang terjadi di sekitar.” jelasnya.
Bagi Najelaa, penting bagi para Bapak juga tidak hanya sekadar menjadi Protector of the family tapi juga menjadi Protector of the universe untuk turut serta menjaga alam semesta dan lingkungan bersama anak.
“Kalau liat peran bapak itu, bapak-bapak itu kan sudah menerima peran sebagai Protector yah, tapi itu perlu diluaskan, jadi bukan hanya sebagai Protector of The Family tapi juga Protector of this universe juga.” tegasnya.
Tak hanya sesi talkshow, bermain, journaling, ada pula kompetisi fotografi bersama Bapak yang dilangsungkan sejak 8 November - 17 November 2024. Kompetisi ini bertajuk “Sayembara Foto Main sama Bapak” dan ditujukan untuk mengampanyekan pentingnya keterlibatan Bapak dalam pengasuhan dalam bentuk storytelling.
Foto-foto yang masuk dalam seleksi telah dikurasi oleh fotografer profesional dan tim Keluarga Kita. 30 Foto Terbaik pun dipamerkan dalam acara Main Sama Bapak dan diabadikan di momen acara Main Sama Bapak pada 23 November 2024.
Najelaa Shihab, Pendiri Sekolah Cikal dan Keluarga Kita, yang baru saja kembali dari Amerika Serikat karena terpilih sebagai Chen Yidan Visiting Global Fellow pertama yang mewakili Indonesia di Harvard University Graduate School of Education (HSGE) juga turut hadir dalam acara Main Sama Bapak yang berlangsung 23 November 2024.
Acara Main Sama Bapak menurutnya menjadi salah satu aspek penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa peranan Ayah dalam pengasuhan anak. Ia juga menyebutkan bahwa sejatinya memang tidak ada orang tua yang sempurna, namun, pengasuhan anak tetap adalah usaha dan urusan bersama.
“Tidak ada orang tua yang Sempurna. Namun, pengasuhan adalah urusan bersama. Keterlibatan tinggi Bapak dalam pengasuhan berkaitan dengan tingginya level percaya diri dan kontrol diri anak, menurunkan resiko anak putus sekolah dan bermasalah di lingkungan sosialnya, menurunkan resiko depresi pada remaja perempuan dan menekan perilaku negatif anak laki-laki terutama pada keluarga yang kurang berdaya.” jelas praktisi pendidikan yang mendirikan Cikal di tahun 1999 ini.
Ia juga menyebutkan bahwa di Rumah Main Cikal sejatinya Pelatihan Wajib (Mandatory workshop) bagi orang tua itu ternyata salah satu kegiatan favorit para orang tua di Cikal.
“Kita sudah sering sekali mengobrol soal pelajar sepanjang hayat (lifelong-learner) bahwa yang perlu belajar banyak itu bukan hanya anak-anak kita, tetapi Aku sebagai pendidik dan juga kita semua sebagai orang tua.” imbuh Najelaa.
Baca Juga: Mengapa Anak Bisa Stunting? Ternyata Bisa Disebabkan Pola Asuh Orangtua yang Kurang Efektif
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
Penulis | : | Poetri Hanzani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR