Tentunya harus cermat memilih baju bayi ya, Mam. Seperti dikatakan oleh dr. Triana Agustin, SpKK, pemilihan yang tidak tepat, selain dapat membuat bayi tidak merasa nyaman, juga bisa mengakibatkan iritasi dan biang keringat. Ini terkait kulit bayi yang masih sensitif dan belum berfungsi sempurna. “Baju bayi harus terbuat dari bahan yang aman dan nyaman dengan model simpel sehingga praktis saat harus mengganti pakaiannya. Ingat, frekuensi mengganti baju pada bayi cukup sering. Untuk bahan baju bayi, sedapat mungkin hindari pakaian berbahan kasar dan wol,” jelasnya.
Namun, bahan alami bukan berarti selalu aman. Bahan katun, misalnya, terkadang telah terpapar tingkat pestisida yang tinggi dan bahan-bahan kimia yang tidak aman pada proses pencelupan warnanya. Bahan-bahan seperti cadmium, timah, dan bahan logam berat lainnya sering digunakan dalam pencelupan kain untuk menghasilkan warna yang vibrant, meskipun dapat dinetralkan oleh bahan kimia lainnya seperti sulfur.
Mama juga perlu cermat memilih baju bayi yang bersablon. Untuk pengetahuan para orangtua, saat ini jenis sablonan bervariasi, dari yang sekadar rata menyerap pada permukaan kaus, hingga yang timbul dan berbentuk tiga dimensi di atas permukaan kain.
Sablonan tersebut biasanya menggunakan tinta plastisol (tinta sablon yang berbahan dasar PVC/polyvinyl chloride resin). Kalaupun ingin memilih kaus bersablon, pilih yang model sablonannya berbasis air. Ciri-cirinya terasa lembut jika disentuh tangan (soft handfeel). Nah, sablonan baju bayi yang berbasis air ini, jauh lebih aman untuk bayi dan anak dibandingkan dengan cat plastisol, kecuali baju tersebut memang diproduksi oleh pabrik garment atau brand yang sudah terjamin nama dan kualitasnya.
Untuk amannya, , Mama dan Papa bisa memilih bahan baju bayi dengan warna-warna alami dan soft. Baju berwarna soft umumnya tidak membutuhkan terlampau banyak kimia dalam mengikat proses pewarnaannya.
Selain warna, cermat memilih baju bayi yang kainnya diolah secara organik dan tidak menggunakan pestisida atau yang diolah dengan bahan alternatif seperti bamboo cotton. Biasanya, bahan-bahan yang diolah secara organik memiliki sertifikasi pada labelnya seperti Ökotex atau label Soil Association yang menjamin tidak adanya pestisida dan proses-proses yang tidak ramah lingkungan pada bahan.
Khusus Bamboo cotton, katun bambu ini memang baru hadir dalam dunia perkausan. Namun kain jenis ini memiliki banyak keunggulan, serat bambu mengandung antibacterial alami yang disebut "bamboo kun". Serat ini tidak mudah bau dibandingkan dengan serat sintetis. Bambu juga memiliki sifat unik, yaitu menjaga kulit bayi tetap sejuk karena pori-pori bisa tetap “bernapas” pada serat bambu, namun tetap menjaga hangat tubuh si kecil. Karena itulah, kain bambu sering disebut memiliki sifat-sifat thermo-control.
Penulis | : | Santi Hartono |
Editor | : | Santi Hartono |
KOMENTAR