Nakita.id - Perubahan emosi yang tak menentu membuat si kecil sering kali rewel.
Untuk mengendalikan emosi anak 2 tahun, Ibu bisa melakukan beberapa trik mudah berikut ini.
Apa saja ya faktor-faktor yang menyebabkan emosi anak tak terkendali?
Baca juga: Yuk, Kenali Emosi Anak Usia 1 Hingga 2 Tahun
1.Lelah
Batita sepertinya tidak punya rasa capek. Berlari ke sana-kemari, bermain, berteriak, membuat kegaduhan, sepertinya menjadi aktivitas favorit.
Sebenarnya bukannya tidak punya rasa lelah, tapi batita belum bisa mengukur kemampuan dirinya. Ia belum bisa merasakan kapan waktu yang tepat untuk “stop” sebelum benar-benar kelelahan.
Akibatnya, menjelang energinya habis, ia rewel. Mau tidur, kantuk belum datang, namun tenaga sudah tak tersisa.
Coba perhatikan kalau sampai malam ia masih terlalu bersemangat bermain, pasti menjelang tidur akan rewel. Siang hari pun sama saja, ia akan rewel saat kecapekan.
Begitu pula kalau ada acara khusus, seperti pesta keluarga yang membuatnya berkesempatan bertemu dan bermain dengan banyak anak sebaya.
Apa yang harus dilakukan?
Meski anak masih bersemangat, tapi kalau sudah waktunya istirahat, segera hentikan aktivitasnya.
Ingatkan 10 menit sebelumnya, “Adek, sebentar lagi berhenti ya bermainnya, sudah waktunya tidur.” Ingatkan lagi 5 menit kemudian.
Dan benar-benar hentikan begitu waktu habis. Peringatan ini akan membuat anak bersiap-siap sehingga lebih mudah menghentikannya.
Tapi kalau orangtua melakukannya secara mendadak, anak pasti menangis dan lebih sulit untuk membuatnya beristirahat.
Baca juga: Kenali Perilaku Anak Umur 2 Tahun
2. Kesal
Rasa kesal sering muncul pada batita yang belum lancar bicara.
Ketika minta sesuatu, orangtua tidak memahami maksudnya.
Jadilah si kecil berteriak-teriak kesal lalu menangis.
Sering, kan, Ibu mengalaminya? “Aduh, Kakak sebenarnya minta apa sih, ini mainannya kan sudah mama ambilkan. Mau yang mana lagi?”
Karena tak kunjung klop, Ibu pun akhirnya terpancing emosi dan ikut kesal.
Apa yang harus dilakukan?
Orangtua yang terpancing ikut kesal, hanya akan membuat si batita tambah uring-uringan. Ia merasa suasana jadi tidak nyaman.
Sudah keinginannya tidak terpenuhi, orangtua malah marah/kesal padanya.
Bila itu yang terjadi, coba bicara sekali lagi dengan suara lembut namun tegas, lakukan kontak mata, “Kakak mau mainan yang mana, ayo kita cari bersama-sama.”
Kalau penyebabnya memang komunikasi yang tidak nyambung, biasanya setelah keinginannya terpenuhi, ia tidak rewel lagi.
Tapi kalau semua keinginan sudah dipenuhi dan anak masih rewel, berarti ada hal lain yang memancing kekesalannya.
Coba peluk dia dan ajak bicara dengan lembut, “Kenapa sih Kakak uring-uringan, tadi kesel ya sama temannya di sekolah? Kenapa mainannya direbut?”
Di usia ini orangtua harus membantu anak memahami apa yang dirasakannya, dengan menyebut kata kesal, anak jadi tahu bahwa ketidaknyamanan yang dirasakannya disebut kesal.
Baca juga; 8 Hal ini akan Dialami Anak ketika Berumur 2 Tahun
3. Sedih
Kesedihan yang paling umum muncul di usia ini adalah perasaan kehilangan.
Misalnya orangtua harus tugas ke luar kota selama beberapa hari, nenek/kakek pulang ke kampung setelah berkunjung, atau ia harus berpisah dengan pengasuhnya.
Ibu perlu menyadari bahwa ekspresi yang bisa ditunjukkan pada usia ini adalah rewel/menangis.
Apa yang harus dilakukan?
Ajak anak bicara dan berikan penjelasan dengan bahasa sederhana bahwa orangtuanya hanya beberapa hari ke luar kota , kakek/nenek harus pulang kampung tapi nanti kita bisa gantian mengunjunginya, atau si Mbak yang tak lagi bisa bersamanya.
Umumnya di usia ini perhatiannya masih sangat mudah teralihkan.
Tak ada salahnya kalau waktu tugas ke luar kota, orangtua membelikan mainan baru yang akan menyibukkannya sehingga tidak rewel.
Atau tunjukkan foto-fotonya waktu berkunjung ke rumah kakek/nenek, pancing ia untuk bercerita betapa menyenangkannya selama di sana.
Intinya untuk menghilangkan kesedihannya adalah dengan mengalihkan perhatiannya.
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
KOMENTAR