Kemarahan biasanya diikuti dengan perubahan fisiologis dan biologis.
Ketika kita marah, jantung akan berdetak lebih kencang, napas menjadi pendek-pendek, otot-otot berkontraksi, dan gerakan usus bergejolak.
BACA JUGA: Ringgo Agus Unggah Foto di Instagram, Perut Sang Istri Terlihat Membesar, Hamilkah?
Pada emosi yang tinggi, jantung akan memompa darah lebih cepat, sehingga oksigen tidak dapat mengalir dengan baik ke seluruh jaringan tubuh.
Tubuh akan menjadi siaga dan mengaktifkan beberapa hormon yang menyebabkan kejang dan kontraksi pada kandungan.
Menurut riset badan amal Inggris, Tommy’s, the Baby Charity, ibu hamil yang sering marah berisiko mengalami keguguran, kematian janin di dalam kandungan, dan kelahiran prematur.
Kemarahan dalam jangka panjang atau kecemasan juga berpengaruh buruk pada bayi.
Kelak Si Kecil mudah rewel, kelahiran yang bermasalah, kolik pada bayi, berat badan bayi rendah (dan bisa saja berakibat kematian), mudah menangis, keterlambatan tumbuh kembang, mudah waswas, kesulitan belajar di kemudian hari, dan bahkan hiperaktif.
BACA JUGA: Sedih! Bayi di Madiun ini 'Diumpetin' dari Ibunya Usai Dilahirkan, Ternyata Faktanya Begini
Penelitian menunjukkan, bayi prematur yang lahir dari ibu hamil yang mengalami depresi juga akan meningkatkan kemungkinan mengalami komplikasi, seperti penyakit paru-paru kronis, dan ketika dewasa cenderung menderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan diabetes.
Dengan semua akibat buruk yang akan terjadi pada ibu dan anaknya, ada baiknya Moms berusaha mengontrol emosi ketika sedang hamil.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Gisela Niken |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR