Kecuali bila orangtua lalai menerapkan kebiasaan tidur teratur di usia batita awal, pola tidurnya tetap tidak menentu.
Di usia ini kebutuhan tidur anak juga sudah berkurang, menjadi sekitar 10-12 jam.
Hal ini juga dipengaruhi aktivitas motorik dan eksplorasinya yang berkembang pesat.
Anak sudah bisa berlari-larian, melompat-lompat, terampil memanjat, bersepeda roda tiga, dan sebagainya.
Bahkan ada yang sudah ikut dalam kelompok bermain.
Kalaupun pola tidur pagi menjelang siang masih ada, hal itu dianggap wajar.
Yang perlu dijaga adalah durasinya, agar jangan terlalu lama dan menggeser waktu tidurnya di malam hari.
Anak batita akhir yang tidur tanpa intervensi biasanya bangun pagi sekitar pukul 06.00-- 07.00.
Setelah itu anak melakukan aktivitas mandi, sarapan, bermain di rumah, atau pergi ke lokasi kelompok bermainnya.
Barulah usai makan siang, sekitar pukul pukul 13.00--14.00 anak mengantuk dan tidur selama 1-2 jam.
Malam hari, ia kembali mengantuk sekitar pukul 20.00--21.00 dan tidur selama 8--10 jam hingga bangun pagi.
Sebagian anak mungkin masih terbangun 1--2 kali di malam hari karena haus atau lapar. Berikan air putih saja atau susu kalau dia minta.
Ajak anak tidur kembali, atau kalau ia terangsang untuk bermain, batasi areanya hanya dalam kamar. Cukup awasi dan tak usah terlalu meladeninya.
Tidur yang cukup ikut menentukan optimalisasi tumbuh kembang anak.
Tanpa kecukupan tidur, anak mudah rewel, tidak bisa berkonsentrasi, dan lekas letih.
Karenanya, pola tidur yang baik harus dibentuk sejak anak masih bayi.
Secara otomatis jam biologisnya akan membentuk pola tidur teratur hingga usia berikutnya.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
KOMENTAR