Sering tidak, Anda mengomentari si batita, "Alaaaa... jagoan Papa masa gitu aja nangis sih!" Maksudnya mungkin hendak mengingatkan, bahwa kejadian remeh tak perlulah sampai membuatnya menangis. Boleh-boleh saja sih, tetapi pastikan kondisinya baik-baik saja. Bukan tidak mungkin, anak malah berpikir, perasaannya tidak dipahami. "Gimana sih, aku kan jatuh. Aku benar-benar sakit dan sakitnya enggak pura-pura, tapi kok Papa malah enggak percaya."
Yang Sebaiknya Dilakukan:
Tetap menunjukkan perhatian untuk memastikan kondisi anak, semisal, "Mama harus gimana, Sayang? Sakitnya sebelah mana, Nak?" Jadi, daripada berkomentar negatif, lebih baik tunjukkan tindakan nyata, seperti membersihkan lukanya dan mengolesi cairan pencegah infeksi bila ada luka terbuka. Tujuannya agar anak jadi terbiasa mencari solusi atas masalah yang dihadapinya.
Kalaupun komentar di atas dimaksudkan untuk menempa anak agar tak tumbuh menjadi sosok yang manja atau cengeng, boleh-boleh saja orangtua sesekali mengatakannya. Namun sampaikan dengan nada yang lembut dan penuh perhatian, bukan dengan nada melecehkan. Ingat, kalimat yang sama bisa beda makna kalau nadanya berbeda.
Katakan saja, "Oh... enggak apa-apa. Mama sudah obatin nih. Kamu boleh nangis kok kalau memang mau nangis, tapi nanti menangisnya berhenti ya kalau sudah tidak sakit lagi."
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
KOMENTAR