Nakita.id - Sudah lazim bagi kafe dan restoran untuk memainkan musik saat kita makan.
Sebuah penelitian baru menanyakan adakah pengaruh volume dari lagu-lagu terhadap seberapa sehat pilihan makanan kita.
Musik dapat memiliki efek visceral (lemak visceral) pada tubuh kita.
BACA JUGA: Begini Cara Menanam Bawang dengan Wadah Plastik, Praktis Tanpa Tanah Moms!
Kebanyakan orang yang membaca ini akan mengingat bagaimana musik, bisa mengubah suasana hati mereka menjadi positif atau negatif.
Lalu apa kaitannya volume dengan pilihan makanan kita?
Sebuah penelitian terbaru, yang diterbitkan dalam Journal of Academy of Marketing Science, mungkin memiliki implikasi bagi siapa pun yang mencoba menurunkan berat badan.
Para peneliti dari Universitas Florida Selatan, Muma College of Business di Tampa menyelidiki dampak musik pada kebiasaan makan orang.
BACA JUGA: Bahan Alami Mengatasi Gatal Gigitan Nyamuk, No. 4 Sungguh Tidak Biasa!
Secara khusus, mereka ingin tahu apakah volume musik memengaruhi seberapa sehat pilihan makanan mereka.
"Ini adalah penelitian pertama yang meneliti efek volume musik ambient pada pilihan antara makanan sehat dan tidak sehat," kata penulis penelitian, dikutip dari Medical News Today.
Untuk menyelidiki, mereka fokus pada kafe tertentu di Stockholm, Swedia.
Mereka memainkan musik pelanggan dari berbagai genre dalam satu lingkaran, baik pada 55 desibel (dB / satuan intensitas suara) atau 70 desibel.
BACA JUGA: Waduh, Ternyata Nyamuk Suka Menggigit Orang dengan Kondisi Ini!
Setiap item di menu diberi kode salah satu dari tiga cara: sehat, termasuk barang-barang seperti salad, tidak sehat (kue dan coklat), (netral) yang termasuk teh dan kopi.
Kebiasaan pembelian pelanggan diamati di beberapa jam selama 2 hari.
Seperti yang diharapkan, ketika kafe memainkan musik yang lebih tenang, orang memilih item yang lebih sehat 10% lebih sering.
BACA JUGA: Nggak Nyangka, Makanan Ini Bikin Nyamuk Enggan Dekat dan Menggigit, Buktikan!
Karena penelitiannya relatif singkat, para ilmuwan memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut.
Kali ini, mereka menuju ke toko kelontong dan melakukan eksperimen serupa: musik dimainkan dengan volume tinggi atau rendah dan pembelian kostumer dinilai sebagai sehat atau tidak sehat.
Di hampir $ 60.000 penjualan, pembeli yang terpapar musik lebih keras membeli barang yang kurang menyehatkan dibandingkan mereka yang mendengarkan musik yang lebih tenang.
Melanjutkan tema ini, mereka membuat eksperimen lain yang membandingkan efek musik keras, musik yang tenang, dan tidak ada musik pada pilihan diet 71 siswa.
BACA JUGA: Mengapa Nasi Goreng Jadi Makanan Paling Digemari? Ternyata Ini Alasannya!
Para peserta mendengarkan musik klasik di 50 desibel atau 70 desibel, atau tanpa musik sama sekali.
Setelah beberapa menit, para peserta studi ditanya makanan mana yang lebih mereka sukai - salad buah atau kue coklat.
Sekali lagi, musik yang keras mendorong pilihan yang kurang sehat.
BACA JUGA: Apakah Memberi Air Putih Pada Bayi Diare Perlu untuk Cegah Dehidrasi?
Mereka yang mendengarkan musik yang tenang memilih kue cokelat 14% dari waktu, dibandingkan dengan 44% dari mereka yang terkena musik keras.
Menariknya, orang-orang yang mendengarkan musik tidak membuat pilihan buruk terhadap yang menreka konsumsi.
Para peneliti percaya musik klasik yang tenang mungkin telah mendorong relaksasi, yang secara positif mempengaruhi pengambilan keputusan mereka.
BACA JUGA: Normalkah Menjadi Pelupa Saat Hamil? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Penelitian ini menyimpulkan musik tenang memengaruhi pilihan makanan lebih sehat.
Sedangkan musik yang keras akan memengaruhi pilihan makanan yang tidak sehat.
Mungkin memang kita tidak sadar akan hal ini, jika Moms mendengarkan musik keras saat sedang makan, maka cenderung memilih makanan tidak sehat.
Hal ini korelasinya akan menambah berat badan.
Toys Kingdom dan MilkLife Wujudkan Senyum Anak Negeri untuk Anak-anak di Desa Mbuit
Penulis | : | Fadhila Afifah |
Editor | : | Kusmiyati |
KOMENTAR