Pemberian imunisasi influenza diberikan pada trimester kedua atau ketiga kehamilan.
Setelahnya, ibu mungkin mengalami demam ringan, bengkak, dan kemerahan di daerah bekas suntikan.
Lakukan imunisasi saat tubuh benar-benar dalam keadaan sehat. Setelah melakukan imunisasi, lakukan cukup istirahat, makan makanan bergizi, dan jangan dekati orang yang sedang terkena influenza karena akan mudah tertular.
Sempatkanlah memeriksakan diri ke dokter jika ibu mengidap flu untuk memastikan flu tersebut tidak membahayakan.
3. Hepatitis B
Umumnya seseorang tidak langsung menyadari bahwa dirinya terinfeksi virus hepatitis B.
Bahayanya, janin bisa ikut tertular ketika menjalani proses kelahiran.
Karenanya, imunisasi hepatitis B sangat perlu bagi ibu hamil.
Bayi baru lahir pun diwajibkan segera mendapat imunisasi Hepatitis B.
Vaksin Hepatitis B terbuat dari bahan rekombinan yaitu vaksin yang dibuat dengan bahan rekayasa genetika sehingga menyerupai virus Hepatitis B.
Vaksin ini aman diberikan kepada ibu hamil. Waktu pemberian imunisasi ini adalah pada kehamilan bulan pertama, kedua, dan keenam.
Ibu hamil akan diperiksa kadar HbsAg dan Anti-Hbs-nya (reaksi antigen-antibodi).
Jika hasil Anti-HbsAg-nya positif, ibu tak perlu imunisasi lagi karena sudah mempunyai zat antobodi/kekebalan hepatitis B. Biasanya setelah imunisasi, timbul demam ringan dan nyeri pada bekas suntikan.
Bila tidak ada infeksi dan belum mempunyai antibodi, maka vaksin hepatitis B dapat diberikan kepada ibu hamil.
4. Meningococcal
Vaksin pencegah meningitis atau radang selaput otak ini terbuat dari bakteri meningococcal yang sudah mati/tidak aktif sehingga aman untuk ibu hamil.
Apabila ibu hamil menderita meningitis, maka kumannya pun dapat menjalar ke otak janin.
Pada ibu hamil, imunisasi ini sebaiknya diberikan setelah trimester pertama untuk menghindari risiko umum yang terjadi pada kehamilan trimester pertama seperti keguguran.
Sebaiknya, lakukan imunisasi ini saat tubuh benar-benar sehat meski pada beberapa orang hanya akan muncul demam ringan.
KOMENTAR