Nakita.id - Terapi hormon dilakukan berulang-ulang.
Bila diameter folikel tak sesuai dengan harapan, yakni 18-20 mm, terapi akan diulang lagi dari awal pada siklus haid berikutnya dengan dosis yang ditambah.
Begitu juga kalau pembuahan yang diharapkan tidak terjadi, baik secara alamiah maupun melalui inseminasi, terapi ini akan diulang lagi dari awal. Terapi ini bisa dilakukan 6-7 kali.
Banyaknya hormon yang disuntikkan maupun dikonsumsi secara oral kemudian membangkitkan kecemasan.
Betulkah terapi ini aman? Tidakkah akan ada efek sampingnya? Benarkah tidak akan memicu tumor/kanker?
Beberapa tahun yang lalu memang sempat muncul kecemasan bahwa terapi ini akan memicu kanker payudara atau kanker rahim.
Ya, terapi hormon sama saja dengan memanipulasi ovarium, wajar bila dikhawatirkan dapat menyebabkan kanker ovarium.
Namun, seiring dengan banyaknya penelitian yang dilakukan, ternyata tidak ada perbedaan yang signifikan pada angka kanker pasien terapi hormon dengan bukan pasien terapi hormon.
Baik yang pernah diterapi hormon maupun yang tidak, ternyata risikonya untuk terkena kanker relatif sama.
Jadi bisa disimpulkan bahwa terapi ini aman.
Keamanan ini juga terkait dengan prosedur yang harus dilakukan.
Dokter juga tidak akan sembarang memberikan terapi hormon.
Hanya mereka yang benar-benar telah dibuktikan secara medis mengalami gangguan hormonal yang akan diterapi.
Pemberian dosisnya pun telah terukur dengan benar.
Dokter juga telah menghitung peluang, apakah dimungkinkan terjadinya kehamilan berdasar faktor lain seperti usia, penyakit lain yang menyertai dan sebagainya, sehingga terapi ini benar-benar efektif.
Terapi ini akan dihentikan bila terjadi hiperstimulasi ovarium dengan gejala: perut tegang, mual, diare, ada cairan asites/cairan perut yang menyebabkan kembung.
Dalam tingkatan yang berat bisa membuat darah jadi kental, gagal ginjal serta terganggunya faktor pembekuan darah.
Bila ini yang terjadi, dokter akan segera menghentikan pemberian terapi.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
KOMENTAR