Pada prinsipnya memberi dan berbagi merupakan dasar dari kerjasama, suatu bentuk interaksi yang akan selalu ditemui anak di semua segi kehidupannya sebagai makhluk sosial. Memberi dan berbagi juga menjadi bekal penting bagi anak ketika harus hidup di tengah masyarakat yang majemuk. Manfaat jangka pendeknya, memberi dan berbagi membuat anak lebih mudah untuk mengembangkan kemampuan sosialnya seperti menunggu giliran, bermurah hati, toleransi terhadap teman-temannya dan sebagainya. Sebaliknya kalau hal ini tidak diajarkan sejak dini, anak akan mengalami kesulitan di lingkungan sosialnya. Besar kemungkinan interaksi sosial dengan orang-orang sekitarnya pun akan terganggu, ia akan dijauhi teman-temannya.
Selain itu melalui latihan memberi dan berbagi, orangtua sekaligus bisa mengajarkan konsep kepemilikan pada anak. Mana barang-barang milik pribadinya dan mana barang-barang milik bersama. Misalnya baju, handuk, sikat gigi adalah barang pribadinya, sehingga ia boleh memakai hanya untuk dirinya sendiri. Tapi kalau makanan di kulkas, mainan, televisi dan sebagainya adalah barang milik bersama yang boleh dimanfaatkan oleh seluruh penghuni rumah. Ia tidak boleh memonopoli sendiri.
Tak sulit mengajarkan berbagi dan memberi pada anak, selain memberi contoh langsung seperti yang sudah disebutkan di atas, berikut 4 langkah mudah yang bisa dilakukan orangtua:
Ada waktu-waktu tertentu dimana anak dikondisikan untuk memberi/berbagi, umpamanya kalau melihat pengemis di jalan, biarkan anak yang memberikan uangnya. Sesekali rayakan ulangtahunnya bersama anak-anak panti asuhan. Biarkan ia melihat bagaimana senyum cerah anak-anak yatim itu saat ia membagikan bingkisan untuk mereka.
Apa pun yang diajarkan, lebih mudah bagi anak usia ini kalau manfaatnya bisa dirasakan langsung olehnya. Umpamanya ia jadi disukai teman-temannya karena kemurahan hatinya. Orangtua bisa membantunya memahami sebab-akibat tersebut, “Tuh kan, Adek kalau mau gantian mainan mobil-mobilan, pasti temannya banyak.” Atau bisa juga penjelasan diberikan saat menyaksikan keadaan yang berlawanan, “Adek jangan seperti Leon ya, lihat tuh, karena tidak mau gantian bermain ayunan, jadi tidak ada yang mau bermain bareng dia.”
Buat situasi memberi/berbagi sebagai aktivitas yang menyenangkan misalnya dengan cara bermain menyusun satu pasel bersama-sama, membawa kue/makanan untuk dibagikan ke teman-teman di sekolah, berkebun bersama, mencuci mobil bersama, dan sebagainya.
Berikan penguatan berupa pujian sewajarnya bila anak berhasil melakukannya, sehingga ia tahu bahwa yang dilakukannya itu adalah tindakan positif yang diharapkan orangtua. “Wah pinter, Adek mau membagi cokelatnya sama Mas Damar.”
Dorong Bapak Lebih Aktif dalam Pengasuhan, Sekolah Cikal Gelar Acara 'Main Sama Bapak' Bersama Keluarga Kita dan WWF Indonesia
KOMENTAR