Nakita.id - Apakah anak punya teman imajiner? Wajar.
Mengapa di masa ini muncul teman imajiner? Perkembangan kognitif dan bahasa di masa ini sedang berkembang.
Salah satu ciri khas perkembangan kognitifnya adalah pemikiran yang egosentris dan animistik.
Anak percaya bahwa benda mati memiliki kualitas seperti makhluk hidup yang bisa berpikir, berharap, dan memiliki perasaan seperti dirinya.
Di masa ini pun, lanjutnya, berkembangnya daya imajinasi memungkinkan anak menciptakan teman imajiner.
Bentuk teman imajiner bisa bermacam-macam, pokoknya semua hal yang diinginkan anak.
Bisa berupa mainan seperti mobil-mobilan, boneka, atau bahkan binatang piaraan seperti kucing, anjing, dan lainnya.
Beberapa anak bahkan memberikan nama pada teman imajinernya.
Dari penelitian diketahui, anak yang mempunyai teman imajiner ini banyak yang memiliki inteligensi tinggi dan kreatif.
Baca Juga: Sering Bikin Khawatir Kalau Cacingan, Ini Ternyata Penyebab Anak Mulai Suka Gigiti Kuku Jari Tangan
Meski demikian, dalam beberapa kasus diketahui pula, anak yang bermasalah dalam penyesuaian diri dan emosi juga cenderung memiliki teman imajiner.
Ada berbagai macam alasan, mengapa anak menciptakan teman imajiner, yaitu:
1. Sedang tidak punya teman
Anak merasa kesepian dan butuh teman bermain atau tempat curhat.
Boleh jadi hal itu disebabkan kedua orangtuanya sedang tidak dapat meluangkan waktu untuk bermain dengannya.
2. Sedang tak ingin menjalin interaksi dengan orang lain
Akibatnya, anak melampiaskan segala sesuatunya pada teman imajiner.
Namun, ini tidak mutlak.
Bisa saja anak memiliki kemampuan menjalin interaksi yang baik, tetapi jika ia tidak memiliki wadah atau tiada teman bermain, ia akan mengembangkan teman imajiner.
3. Punya pengalaman negatif
Anak-anak yang ditolak oleh lingkungan atau kerap mendapat perlakuan tidak menyenangkan, cenderung lebih menyenangi solitary play dan menjadikan mainan-mainannya sebagai teman-teman yang hidup.
4. Egosentris
Anak ingin mempunyai teman yang selalu mendengarkannya, menurut padanya, tahu apa yang diinginkannya.
Hal ini terjadi karena menurut tahapan perkembangannya memang di usia ini anak cenderung egosentris, dimana segala sesuatu harus didasarkan atas keinginannya.
Dari pemaparan di atas, kita dapat menyimpulkan, teman imajiner hadir untuk memenuhi kebutuhan si kecil dalam mengekspresikan emosi yang dirasakan.
Tak heran, teman khayal kadang dapat berperan sebagai sosok yang disalahkan atau alter ego.
Misal, anak menggunakan teman imajinernya sebagai tersangka atas mainannya yang hilang.
Selain itu, teman imajiner juga berfungsi sebagai teman bermain yang menyenangkan. Ini karena anak cenderung menciptakan teman imajiner dengan karakteristik yang disukainya.
KOMENTAR