Jika anak tidak bersedia, kitalah yang terlebih dahulu bermain dengan mengajak teman-teman si anak.
Biarkan ia hanya memandang dari pintu rumah. Lama-lama ajak dia lebih mendekat, selanjutnya libatkan dia, “Dek, boleh tolong pegangi tali ini dong,” atau “Waduh, bolanya jauh, tolong ambilkan dong.”
Intinya belum mengajak dia bermain, melainkan hanya sebagai orang yang dimintai tolong. Setelah itu, orangtua dapat mulai mengajak anak untuk bermain.
Saat anak mau terlibat, tak perlu memintanya untuk bermain sampai selesai.
Juga, jagalah perasaannya dari sesuatu yang yang akan membuatnya jera.
Setelah itu lakukan permainan lebih lama dan lebih lama lagi.
Bila perlu dan memungkinkan, atur dan sediakan aneka permainan atau mainan menarik, sehingga anak lebih bersemangat bermain dengan teman-temannya.
3. Anak yang tidak mau bermain karena berkonflik dengan lingkungan sebaiknya ditenangkan dengan cara diberi penjelasan, memang perilaku temannya kurang baik, tapi dirinya tidak perlu melakukan hal yang sama.
Berikan pemahaman pada anak, bahwa bermain dengan teman-temannya itu tetap ada menyenangkannya.
Jadi, orangtua tak perlu cepat-cepat menarik anak dari lingkungan yang kurang sesuai dengan harapan.
Mengapa? Karena anak perlu juga melihat kenyataan bahwa di lingkungannya tidak semua orang “baik” sehingga kita tidak boleh terpengaruh.
Tentu, sambil dipantau, jika memang lingkungan main tersebut sulit untuk membantu perkembangan sosialisasi dan moral anak, maka ada waktunya bagi orangtua untuk menarik anak agar tidak banyak berinteraksi dengan teman itu.
Toh, masih banyak teman lain yang dapat dijadikan pilihan.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
KOMENTAR