Nakita.id - Jika anak terbiasa bermain sendirian, ia akan merasa bahwa bermain sendiri adalah yang terbaik baginya.
Hal ini dapat terus terbawa dan akan dia terapkan setiap saat bahkan saat melakukan aktivitas lainnya.
Akibatnya, anak tidak terstimulasi untuk bersosialisasi.
Padahal sosialisasi adalah bagian dari perkembangan yang perlu ia kuasai.
Bukan cuma itu, saat bermain/berinteraksi dengan orang lain, berbagai kemampuannya dapat terasah.
Antara lain kemampuan berbahasa dan memahami orang lain.
Itulah mengapa, apa pun karakter anak, ia harus didukung dan dirangsang untuk bergaul dan bermain dengan sebayanya.
Berikut beberapa cara membuat anak mudah bergaul:
1. Anak yang memilih main sendiri karena faktor sementara (bad mood, sakit, tidak nyaman), biarkan saja menikmati kesendiriannya.
Toh, seiring waktu, ia akan kembali bergembira bermain dengan teman-temannya.
2. Anak pemalu atau soliter perlu dilatih berinteraksi meskipun secara perlahan.
Orangtua harus memberi contoh bahwa bermain di luar dengan teman memang menyenangkan dan membuat anak sehat.
Jika anak tidak bersedia, kitalah yang terlebih dahulu bermain dengan mengajak teman-teman si anak.
Biarkan ia hanya memandang dari pintu rumah. Lama-lama ajak dia lebih mendekat, selanjutnya libatkan dia, “Dek, boleh tolong pegangi tali ini dong,” atau “Waduh, bolanya jauh, tolong ambilkan dong.”
Intinya belum mengajak dia bermain, melainkan hanya sebagai orang yang dimintai tolong. Setelah itu, orangtua dapat mulai mengajak anak untuk bermain.
Saat anak mau terlibat, tak perlu memintanya untuk bermain sampai selesai.
Juga, jagalah perasaannya dari sesuatu yang yang akan membuatnya jera.
Setelah itu lakukan permainan lebih lama dan lebih lama lagi.
Bila perlu dan memungkinkan, atur dan sediakan aneka permainan atau mainan menarik, sehingga anak lebih bersemangat bermain dengan teman-temannya.
3. Anak yang tidak mau bermain karena berkonflik dengan lingkungan sebaiknya ditenangkan dengan cara diberi penjelasan, memang perilaku temannya kurang baik, tapi dirinya tidak perlu melakukan hal yang sama.
Berikan pemahaman pada anak, bahwa bermain dengan teman-temannya itu tetap ada menyenangkannya.
Jadi, orangtua tak perlu cepat-cepat menarik anak dari lingkungan yang kurang sesuai dengan harapan.
Mengapa? Karena anak perlu juga melihat kenyataan bahwa di lingkungannya tidak semua orang “baik” sehingga kita tidak boleh terpengaruh.
Tentu, sambil dipantau, jika memang lingkungan main tersebut sulit untuk membantu perkembangan sosialisasi dan moral anak, maka ada waktunya bagi orangtua untuk menarik anak agar tidak banyak berinteraksi dengan teman itu.
Toh, masih banyak teman lain yang dapat dijadikan pilihan.
KOMENTAR